Parapat, Sumatera Utara (ANTARA News) - Australia dan Selandia Baru, yang ikut menjadi anggota Dewan Gereja Asia (CCA), hingga saat ini belum juga menunjukkan komitmennya untuk membantu pendanaan organisasi keagamaan tersebut, kata mantan Presiden CCA periode 1990-1995, Soritua AE Nababan. "Usia CCA kini sudah 50 tahun, tapi kedua negara itu belum juga memenuhi kemitmennya sebagaimana yang dijanjikan," ujarnya kepada ANTARA News, di sela seminar CCA di Parapat, Senin. Dijelaskannya, ketika CCA dideklarasikan di Lapangan Simarito, Pematang Siantar, Sumut pada tahun 1957, kedua negara itu diikutsertakan dalam organisasi yang semula hanya diperuntukkan bagi perkumpulan gereja se Asia itu. Selain Australia dan Selandia Baru, negara Asia lainnya yang tercatat sebagai pendiri CCA adalah Malaysia, Filipina, Myanmar, Jepang, Korea, Hongkong, India, Pakistan, Srilanka dan tuan rumah Indonesia. Ia mengemukakan, alasan kedekatan geografis membuat Australia dan Selandia Baru diizinkan bergabung, yang diikuti dengan komitmen untuk membantu CCA dari sisi pendanaan. Sejumlah pemrakarsa CCA ketika itu memastikan Australia dan Selandia Baru akan menjadi salah satu penyandang dana CCA bila diizinkan bergabung, sehingga kehadiran kedua negara itu akhirnya bisa diterima, ujarnya. Kritikan terkait ingkar janji oleh utusan gereja Australia dan Selandia Baru tersebut kembali disampaikan Nababan, yang kini menjabat Presiden Gereja-Gereja Dunia, ketika berbicara pada seminar CCA di Parapat. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007