Denpasar (ANTARA News) - Pelaksanaan upacara "Nangluk Merana dan Pekelem" di Pura Ulun Tanjung diharapkan dapat mendatangkan kesejahteraan dan ketentraman bagi masyarakat, khususnya di krama subak. "Adanya upacara ini karena mampu memperoleh dan meningkatkan upon-upon (hasil) pertanian seperti yang diharapkan," kata Bupati Badung AA. Gde Agung, saat pelaksanaan Upacara Nangluk Merana dan Pekelem di Petitenget, Senin. Bupati mengatakan, upacara ini sangat penting dilaksanakan dalam rangka menghindarkan subak dari serangan hama. Untuk itu kepada krama subak diingatkan untuk selalu menjaga kesucian palemahan subak karena disana disungsung Pura Ulun Suwi dan Bedugul di masing-masing munduk. Dalam usaha menjaga kesucian palemahan subak tersebut, Bupati mengharapkan kepada krama subak untuk kembali membangkitkan "sekaa manyi" di masing-masing subak. "Untuk mendorong bangkitnya kembali `sekaa manyi` tersebut saya akan memberi bantuan masing-masing `sekaa manyi` berupa reaper, yaitu mesin pemotong padi," katana. Bupati juga menyampaikan kebanggaannya karena dalam hal produktivitas pertanian, Kabupaten Badung mampu menghasilkan gabah kering giling 6,5 ton per hektar. Hal ini, menurutnya, di atas rata-rata Provinsi Bali dan nasional yang besarnya masing-masing 5,5 ton per hektar dan 4,5 ton per hektar. Sementara dalam hal produksi pun dikatakan Badung masih di atas standar nasional. "Ini tidak terlepas dari ketekunan dan keuletan petani dan pekaseh di Badung dalam menjalankan kewajibannya masing-masing disamping perhatian pemerintah dalam usaha memajukan pertanian di Kabupaten Badung," katanya seraya menyebutkan beberapa program inovatif yang telah dilakukan oleh Pemkab Badung dalam memajukan sektor pertanian. Pemucuk Karya yang juga Bendesa Adat Kerobokan AA. Kompyang Suteja mengatakan, pelaksanaan upacara ini sama seperti yang dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya yakni Karya Nangluk Merana dan Pekelem medasar Caru Manca Sanak, Meyama Raja, Munggah Padudusan Alit dengan memakai sarana "banteng biyang belang kebang". Kompyang Suteja menambahkan, upacara ini menghabiskan biaya sekitar Rp65 juta yang berasal dari bantuan Pemkab Badung Rp55 juta dan sisanya swadaya dari krama subak dan desa adat Kerobokan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007