Milyarder media yang berorientasi kebijakan probisnis dan berpandangan liberal pada sejumlah isu seperti pengawasan senjata ini sebenarnya berpotensi menarik pemilih sentris ketika Pemilu AS menjadi ajang bertemu ekstrem kanan melawan ekstrem kiri.
Bloomberg (74) yakin tidak ada kandidat yang benar-benar menang secara mayoritas dalam Pemilu Presiden yang diikuti tiga calon presiden. Dan jika itu terjadi akan membuat Pemilu diarahkan oleh DPR yang dikuasai Republik sehingga menjadi jalan bagi Trump atau Cruz untuk berkuasa, hal yang tak diinginkan Bloomberg.
"Itu adalah risiko yang ingin saya hindarkan," tulis dia dalam Bloomberg View, laman opini yang menjadi bagian dari kerajaan bisnis medianya.
Bloomberg sendiri tidak pernah didukung mayoritas pemilih AS. Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, hanya sekitar 12 persen yang bersedia mendukung Bloomberg andai pemilu berlangsung dengan tiga kandidat. Sebanyak 41 persen memilih Hillary Clinton dari Demokrat, sedangkan Trump mendapat dukungan 31 persen.
Bloomberg menyebut Trump mendukung kebijakan yang merongrong toleransi beragama dan mengancam keamanan nasional.
"Dia melancarkan kampanye presiden yang sangat memecah belah dan menghasut dengan memanfaatkan prasangka dan ketakutan orang," tulis Bloomberg tentang Trump.
Dia juga menilai Cruz sama memecehbelahnya dengan Trump, sedangkan Hillary Clinton dan pesaingnya dari Demokrat Bernie Sanders disebut Bloomberg sebagai pengkritik perdagangan bebas dan industri keuangan, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016