Tanjung Pandan, Belitung (ANTARA News) - Tiga hari jelang gerhana matahari total (GMT), wisatawan sudah mulai berdatangan ke Belitung untuk menikmati fenomena alam langka tersebut. Mereka menyerbu kedai-kedai kuliner khas Belitung. Dari sekian banyak makanan khas, yang paling banyak mendapat perhatian adalah bakmi khas Belitung, Mie Atep di Jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan.
Sejak pagi, puluhan mobil dan bus rombongan wisatawan sudah mengantre di depan kedai mie yang dari luar tampak sederhana itu.
"Mie Atep paling disukai karena menurut saya pribadi ini mie-nya tidak terlalu lembek dibanding yang lain," kata pemandu wisata dari Dwidayatour, Lili Suryanti (27) di Tanjung Pandan pada Senin (7/3).
Penduduk Belitung yang 40 persen terdiri dari keturunan Tionghoa disebut-sebut sebagai salah satu penyebab populernya makanan berbahan dasar mie.
"Mie Belitung biasanya dibeli di pasar, bukan bikin sendiri. Kalau yang bikin sendiri biasanya adalah mie yamin buatan orang Hakka (keturunan Tionghoa Hakka)," kata Lili.
Mie Atep yang sudah buka sejak tahun 1973 itu terdiri dari mie kuning, bakwan udang, potongan kentang, emping yang diairam dengan kuah kaldu udang kental yang gurih. Mie Belitung biasa disajikan dengan minuman jeruk konci yang segar.
"Jeruk konci itu sama seperti jeruk nipis, cuma lebih kecil bentuknya dan airnya jauh lebih banyak," kata Escape Jolly Barito (48), salah seorang warga asli Belitung.
Tak ada waktu khusus bagi warga Belitung untuk dinikmati sajian mie Belitung. Sejak pagi hingga malam langganan terus berdatangan ke kedai Mie Atep. Jajaran pigura berisi potret para pesohor terpampang di dinding kedai, seolah-olah meyakinkan calon pembeli kalau mie kaldu udang mereka sudah terverifikasi kelezatannya.
"Mie-nya enak, segar dan kaldu udangnya terasa sekali. Enak dimakan pagi-pagi untuk sarapan," kata Anggi salah seorang wisatawan asal Jakarta.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016