Beijing (ANTARA News) - China Ahad mengumumkan rencananya untuk meningkatkan anggaran belanja militer sebesar 17,8 persen pada tahun ini, yang akan menjadikan tahun ke-19 pengeluaran militernya mencapai kenaikan di atas sepuluh persen.
Pengeluaran belanja militer negara 'Tirai Bambu' itu pada tahun ini dianggarkan 350,92 miliar yuan, atau naik 52,99 miliar yuan dari tahun 2006, kata Jiang Enzhu, jurubicara Kongres Rakyat Nasional (NPC) atau parlemen China, dalam suatu konferensi pers.
Dana tambahan itu akan digunakan untuk peningkatan gaji, meningkatkan sistem persenjataan, dan pelatihan-pelatihan, kata Jiang kepada para wartawan sehari sebelum dimulainya sidang tahunan NPC.
Pengeluaran itu diterjemahkan setara dengan 5,33 biliun yen, yang berarti melampau 4,8 biliun yen dari rencana belanja berkaitan dengan pertahanan Jepang pada tahun anggaran 2007.
Berdasarkan angka-angka itu, pengeluaran pertahanan tahun 2006 sekitar 298 biliun yuan, atau lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Pengeluaran pertahanan China dinilai sedang dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya, dalam arti pengeluaran uang sebenarnya dan proporsinya dalam anggaran nasional, kata Jiang, seperti dilaporkan Kyodo.
Dalam tahun ini belanja militer akan mencapai 7,5 persen dari total belanja pemerintah China.
Jurubicara tersebut mengatakan bahwa China mencatat keprihatinan yang dicetuskan oleh 'beberapa anggota masyarakat internasional' mengenai anggaran pertahanan negaranya tersebut.
"Pada tahun-tahun terakhir ini, berdasarkan pertumbuhan ekonomi China kami meningkatkan sedikit belanja pertahanan kami, namun kenaikan ini adalah ... dalam rangka memperbaiki kelemahan dasar pertahanan nasional kami," katanya.
Jiang mengatakan, bahwa China sekarang sedang `membangun perdamaian` dan tidak akan menjadi ancaman bagi negara lain.
Andrew Yang, pakar militer pada Majelis China untuk Pengkajian Kebijakan Ke depan, menyebutkan bahwa rencana pengeluaran pertahanan China itu memang meningkat `tajam`.
"China ingin meningkatkan gaji untuk para pejabat dan tentaranya, karena standar kehidupan meningkat tajam dan ada banyak komplain dari jajaran pejabat bahwa gaji mereka tidak cukup," katanya.
"Namun mereka juga melakukan belanja lebih banyak untuk memodernisasi kemampuan pertahanan mereka, terutama di bidang angkatan udara, angkatan laut dan sistem persenjataan nuklir China, yang menelan biaya banyak," tambahnya.
Yang mengatakan, angkatan udara China telah membeli dua resimen buatan China, pesawat multi-fungsi yang bisa meluncurkan rudal dari udara ke permukaan bumi, serta perbaikan kemampuan pengisian bahan bakarnya.
Dia mengatakan, China juga membangun dua jelas kapal selam nuklir dan jenis-jenis kapal selam bertenaga diesel.
Pengeluaran juga difokuskan pada perbaikan kemampuan tentaranya, pelatihan yang akan membuat tentara China `semakin ramping dan berarti,` kata Yang.
Di samping untuk meningkatkan jaminan keamanan bagi negara, pengeluaran militer juga ditujukan untuk `penyatuan kembali,` kata jurubicara Jiang, merujuk pada keberadaan Taiwan.
China dan Taiwan diperintah secara terpisah sejak berakhirnya perang sipil pada 1949, namun Beijing mengklaim kedaulatan atas pulau yang diperintah sendiri itu dan mengancam akan menyerang jika Taiwan mengumumkan kemerdekaannya secara resmi.
Jiang juga mengecam keras kepada Presiden Taiwan, Shen Shui-bian dan pemerintahnya, yang dia katakan `bandel` karena memelihara sikapnya yang berusaha menjadi negara pulau yang terpisah secara permanen dari China daratan.
"(Chen) memanipulasi masalah-masalah politik, dalam upayanya untuk membesar-besarkan atau memperburuk ketegangan-ketegangan di antara masyarakat yang bermacam-macam di pulau tersebut, dan agendanya dengan mengatasnamakan partainya, serta dirinya yang dikecam oleh berbagai kelompok politik," kata Jiang.
"Ini akan menggambarkan tantangan suram bagi hubungan-hubungan di perlintasan selat," ujarnya, seraya menambahkan bahwa China menentang kemerdekaan Taiwan dalam arti apapun.
Para analis Barat percaya bahwa pengeluaran pertahanan China sebenarnya sebesar tiga kali lipat dari angka yang diumumkan.
Setelah pertemuan Ahad malam dengan Menteri Luar Negeri China, Li Zhaoxing dan pejabat-pejabat senior lainnya di Beijing, tamu dari AS, Wakil Menteri Luar Negeri John Negroponte mengimbau kepada pemerintah China agar lebih terbuka dalam hal belanja militer.
"Kami akan terus dan mungkin melakukan dialog secara intensif, agar kami mempunyai pemahaman yang lebih baik atas apa yang ada, bahwa pemerintah China berupaya memodernisasi militernya," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007