London (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan memastikan dua tentara NATO tewas di Afganistan hari Sabtu berasal dari Inggris, menjadikan 50 jumlah yang tewas sejak Taliban digulingkan dari kekuasaannya pada 2001.
Tentara itu, dari Resimen Komando 29 Artileri Inggris pada Pasukan Bantuan Keamanan Antarbangsa (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, tewas akibat serangan roket di dekat kota Sangin di Helmand, propinsi genting di Afganistan selatan.
ISAF sebelumnya melaporkan bahwa dua tentaranya tewas dalam pertempuran di selatan, yang menjadi bagian terberat kekerasan berkaitan dengan perjuangan Taliban.
"Dengan kesedihan mendalam, Kementerian Pertahanan harus menegaskan bahwa dua tentara Inggris, dari Satuan Tugas di propinsi Helmand, Afganistan, tewas akibat serangan roket di daerah Sangin," kata kementerian itu hari Minggu.
"Kerabat dekatnya sudah diberitahu dan mereka meminta waktu 24 jam sebelum rincian lebih lanjut diumumkan," katanya.
"Tentara itu mengorbankan jiwa mereka untuk menjamin masa depan lebih mantap bagi orang Afganistan," kata Kolonel Tom Collins, jurubicara ISAF.
ISAF memunyai kebijakan tidak mengumumkan jatidiri tentara dan kebangsaan tentara tewas sampai keluarga mereka diberitahu.
Brigadir Jerry Thomas, panglima satuan tugas Inggris di Afganistan, menyebut kematian itu pukulan mengenaskan.
Pada pekan lalu, Inggris mengumumkan akan menambah hampir 1.400 tentara ke Afganistan selatan, tempat ISAF menghadapi serangan musim semi Talib.
Pasukan tambahan itu akan membuat jumlah tentara Inggris di Afganistan dari 6.300 menjadi 7.700 orang.
NATO menempatkan lebih dari 30.000 tentara di Afghanistan dan banyak negara menyumbang, tapi bagian terberat pertempuran ditanggung balatentara Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan Belanda, yang disebarkan di wilayah gawat selatan.
Taliban memiliki ratusan pembom jibaku, yang siap menyerang pasukan NATO dalam perang musim semi mendatang di Afganistan, kata komandan penting pejuang itu memperingatkan.
Dalam wawancara dengan Saluran Empat televisi Inggris pekan lalu, Mullah Dadullah juga menyatakan gerilyawan Taliban menjalin hubungan teratur dengan Osama bin Ladin, tapi ia tidak melihat langsung pemimpin Alqaida itu sejak 2001.
"Orang Amerika Serikat menyebarkan benih. Mereka akan memetik hasil dalam waktu lama," kata Dadullah, "Kami akan melakukan pembalasan terhadap mereka, apakah di Afganistan atau di tempat lain."
"Pahlawan jibaku, yang rela meledakkan diri meningkat, tidak terhitung jumlah mereka," kata Dadullah.
"Ratusan sudah mendaftar dan siap bergerak dan kami memiliki ratusan lagi, yang berada dalam daftar tunggu. Mereka semua ingin menjadi orang pertama, yang dikirim," katanya.
Dadullah adalah salah satu dari pemimpin Taliban paling berpengaruh. Ia bergabung dengan gerakan itu ketika kelompok itu terbentuk awal tahun 1990-an dan dekat dengan pemimpin Taliba Mullah Omar.
Ia memiliki nama besar atas tindakannya, yang disebut sangat kejam dan dianggap otak pemberontakan sekarang.
NATO menghadapi serangan hebat Taliban ketika salju mencair pada beberapa pekan mendatang.
Lebih dari 4.000 orang tewas di Afganistan dalam pemberontakan tahun lalu, termasuk 170 tentara asing. Jumlah serangan jibaku meningkat empat kali, kata data tentara Amerika Serikat, demikian laporan AFp, Reuters dan DPA. (*)
Copyright © ANTARA 2007