Kupang (ANTARA News) - Kapal pengangkut komoditas Caraka Niaga III-2 dengan berbobot 3.253 GT berlabuh di Pelabuhan Baa, Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, NTT, 22 Februari 2016.


Kapal di bawah kendali PT Pelni (Persero) ini berfungsi sebagai tol laut untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di kawasan selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia.


Kapal niaga tersebut akan membantu para petani di wilayah paling terselatan Indonesia itu untuk memasarkan hasil pertanian, perikanan dan kelautan serta kerajinan tangan ke Kupang dan Surabaya.

Selama ini, sarana transportasi yang digunakan masyarakat Pulau Rote Ndao untuk memasarkan hasil-hasilnya ke Kupang melalui kapal feri serta perahu-perahu tradisional. Sementara itu juga untuk menjual hasil komoditasnya ke luar daerah NTT harus berangkat menuju Kupang baru bisa

Wakil Bupati Rote Ndao Jonas C Lun optimistis kapal niaga Caraka Jaya dapat mengangkut 76 ribu ton gabah kering, beras sebanyak 38 ribu ton untuk dipasarkan ke Surabaya.

Selain itu hasil perkebunan yang lain seperti bawang merah, semangka, kopra (isi kelapa yang dikeringkan) serta gula air dan produksi turunan lainnya seperti gula lempeng dan sejenisnya.

"Saya berharap ini memberikan dampak yang baik bagi perekonomian masyarakat di kabupaten Rote ini," kata Jonas.

Pemerintah Kabupaten Rote juga ingin kapal tersebut mengangkut komoditas unggulan lainnya yaitu rumput laut.

Pada 2015 ada sekitar 25 ton rumput laut yang sudah dihasilkan oleh para petani rumput laut di daerah itu.

Namun hal utama yang menjadi perhatian pemerintah daerah setempat adalah jadwal yang tetap dari kapal tersebut untuk agar para pengusaha rumput laut bisa mengumpulkan hasilnya tidak terburu-buru.

Rute KM Caraka Niaga III-22 adalah sebagai berikut mulai dari Pelabuhan Tanjuk Perak Surabaya menuju Larantuka dan seterusnya ke Lewoleba, Rote Ndao, Sabu Raijua, serta Waingapu. Kemudian kembali melanjutkan perjalanan ke Surabaya.

Sementara itu Bupati terpilih Sabu Raijua Marthen Dira Tome berharap KM Caraka Niaga III-22 dapat mengangkut tiga komoditas unggulan wilayahnya yaitu garam, rumput laut, dan bawah merah.


Potensi pengolahan garam sangat bagus di Sabu, didukung dengan luas lahan pengolahan garam yang saat ini sudah mencapai 180 hektare dan panennya akan dilakukan pada awal musim kemarau yakni pada bulan April sampai dengan awal Desember tahun ini.

Dengan luas lahan yang mencapai 180 hektaare tersebut dalam satu bulan setiap kali panen pihaknya sudah bisa menghasilkan 8.000 ton garam.

"Bayangkan saja jika 8.000 ton dikalikan dengan delapan bulan, maka potensi garam di Sabu dalam setahun bisa menghasilkan 16 ribu ton garam dan ini membutuhkan tenaga kerja yang banyak yang diperkirakan mencapai 1.800 tenaga kerja," tutur Bupati terpilih Sabu Raijua Marthen Dira Tome.

Oleh Kornelis Kaha
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016