Jakarta (ANTARA News) - Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (The National Aeronautics and Space Administration/NASA) menjajal kamera polarisasi sebagai instrumen baru khusus untuk mengobservasi korona saat Gerhana Matahari Total (GMT) di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara.
"Kami hanya tertarik untuk mempelajari sifat-sifat elektron bebas pada korona matahari, baik suhunya maupun seberapa cepat mereka bergerak," kata peneliti NASA Nelson L Reginald di Jakarta, Sabtu.
Yang dimaksud dengan suhu adalah temperatur elektron, jelasnya. Sedangkan kecepatan berpindah yang dimaksud adalah kecepatan aliran ke luar elektron pada korona matahari.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat korona memancar bersama sinar matahari saat GMT terjadi akan membawa elektron, yang kemudian di sebut K-corona, dan debu lain yang dikeluarkan, yang kemudian disebut F-corona.
Semakin dekat ke matahari kecerahan K-corona semakin kuat dari pada F-corona.
"Kami hanya tertarik pada K-corona ini karena membawa elektron," ujar Reginald.
NASA membawa Imaging Spectrograph of Coronal Electrons (ISCORE) dalam ekspedisi GMT 2016 bersama Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) ke Maba di Halmahera Timur, Maluku Utara.
ISCORE merupakan instrumen teknologi yang menggabungkan kamera polarisasi dengan spektrograf yang dilengkapi empat filter yang melekat pada sebuah teleskop.
Lebih lanjut ia menjelaskan fungsi kamera polarisasi akan membantu memisahkan K-corona dengan F-corona. K-corona yang tertangkap kamera yang kemudian disebut "signal" dapat terpolarisasi, sedangkan F-corona yang kemudian disebut "noise" tidak terpolarisasi oleh kamera yang mampu merekam 30 gambar per detik dengan ukuran 8 MB per gambar ini.
Setelah signal didapat, spektrograf yang telah dilengkapi filter 398.7 nm dan 423.3 nm akan memungkinkan untuk menentukan kecepatan elektron. Sedangkan dengan menggunakan filter 385 nm dan 410 nm, ia mengatakan, akan memungkinkan untuk mengetahui temperatur elektron.
Konsep kamera polarisasi yang akan diujicobakan di Maba saat GMT nanti diharapkan dapat memisahkan kecerahan K-corona dan F-corona dari pengukuran kecerahan secara keseluruhan terhadap cahaya matahari.
Dan jika konsep ini sukses, ia mengatakan, NASA bisa mempromosikan penggunaan kamera polarisasi ini untuk menghilangkan kebutuhan penggunaan polarizer mekanik dan mengubah sebuah polarizer dalam tiga angle.
Dengan demikian konsep ini akan dapat mengurangi berat dan panjang instrumen serta menghemat waktu untuk mengetahui temperatur dan kecepatan elektron pada korona.
LAPAN melakukan kolaborasi ekspedisi gerhana bersama NASA pada 9 Maret 2016 di Maba, Maluku Utara, empat orang peneliti NASA akan terlibat dalam ekspedisi tersebut bersama sejumlah peneliti dari Pusat Sains Antariksa LAPAN.
Hasil dari hasil penelitian tersebut, menurut peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Emanuel Sungging, akan dipaparkan bersama pada Juni 2016 di Bandung, Jawa Barat.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016