Jakarta (ANTARA News) - Singapura adalah saingan terberat industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintainance, repair and overhaul (MRO) Indonesia di wilayah ASEAN, karena memiliki industri yang terintegrasi.
"Singapura memiliki industri yang terintegrasi mulai dari bandara, fasilitas perbaikan hingga industri komponen penunjang yang ada dalam satu kawasan," kata Komisaris Utama Garuda Maintainance Facilities (GMF) Iwan Djoeniarto di Cengkareng, Tangerang, Jumat.
Selain itu, lanjut Iwan, pemerintah Negeri Singa juga berintegrasi dengan industrinya untuk mengeluarkan berbagai kebijakan yang mampu mendongkrak kemajuan industri MRO di sana.
Menurut Iwan, salah satu kebijakan yang digelontorkan pemerintah Singapura adalah pembebasan pajak untuk komponen-komponen yang dibutuhkan industri MRO.
Selain itu, tambahnya, pengiriman komponen-kompoenn impor yng dibutuhkan juga relatif sangat cepat, sehingga pengerjaan pesawat bisa diselesaikan lebih awal.
Namun demikian, pria yang juga menjabat Direktur Perawatan dan Tekhnik Informasi PT Garuda Indonesia Tbk ini mengatakan, Indonesia berpeluang besar mengejar kemajuan industri MRO Singapura.
"Indonesia memiliki lahan yang masih luas, Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial dan kebijakan pemerintah yang mendukung. Itu modal yang baik," ujar Iwan.
GMF sendiri saat ini melayani perawatan dan perbaikan pesawat dari 50 negara di seluruh dunia di atas lahan 97 hektare, yang belum terbangun sepenuhnya.
Menurut Iwan, Indonesia membutuhkan satu aviaton park yang di dalamnya terdapat fasilitas perawatan pesawat, perawatan komponen, perawatan mesin dan perawatan cabin.
Selain itu, lanjut Iwan, yang tidak kalah penting adalah menciptakan tenaga ahli di bidang aviasi dengan mendirikan sekolah khusus perawatan dan perbaikan pesawat yang terintegrasi dengan industri MRO di Indonesia.
"Jadi, nanti kami yang menampung lukusan-lulusan dari sekolah tersebut. Itu salah satu upaya terintegrasi," ujar Iwan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016