Banda Aceh (ANTARA News) - Barak hunian sementara (huntara) korban tsunami di Dusun Glumpang, Kelurahan Lambaro Skep, Kota Banda Aceh, Minggu musnah dilalap api. "Kebakaran yang terajadi kira-kira pukul 10.30 WIB menyebabkan dua barak yang berisikan 24 kamar dan dihuni ratusan korban tsunami itu habis terbakar," kata salah seorang korban, Intan di Banda Aceh, Minggu. Intan menambahkan, sebelum kejadian naas tersebut dia melihat adanya percikan api dari salah satu kamar di sudut barak tempat tinggalnya. "Ketika melihat api sudah mulai menyebar, saya berusaha menyelamatkan harta benda, namun sayangnya api begitu cepat membesar sehingga saya tidak bisa menyelamatkan apapun," ujarnya. Kebakaran yang diduga berasal dari hubungan arus pendek listrik itu memusnahkan seluruh barak yang terbuat dari kayu dan papan, namun dilaporkan tidak terdapat koban jiwa. Sementara itu, Maimun penghuni barak setempat mengatakan, saat kejadian ia bersama temannya berada di warung kopi, namun ketika melihat adanya gumpalan asap dan api yang diduga berasal dari wilayah tempat tinggalnya, dia pun segera bergegas menuju ke sana. "Ketika sampai di tujuan saya melihat warga sedang mencoba memadamkan api, namun karena api terlalu besar, usaha itu pun menjadi sia-sia, bahkan api terus menyebar ke bilik-bilik lainnya," katanya. Menurut dia, hanya dalam waktu sekitar 20 menit "si jago merah" dengan cepat melalap barak yang lebih dari dua tahun pasca tsunami menjadi tempat tinggal mereka, sehingga masyarakat tidak sempat menyelamatkan harta benda. Akibat kebakaran tersebut, kerugian yang dialami warga korban tsunami tersebut diperkirakan mencapai jutaan rupiah. Kini warga hanya bisa berharap pemerintah segera menanggulangi musibah yang mereka hadapi, mengingat masyarakat yang menjadi korban tidak memiliki tempat tinggal dan harta benda lainnya. "Kami harap pemerintah dan instansi terkait segera memberikan bantuan kepada kami, karena kami tidak punya tempat tinggal dan harta lagi, kecuali hanya baju di badan," ungkap Maimun dengan penuh harapan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007