Kupang (ANTARA News) - Ketegangan politik dan keamanan di Timor Timur yang bermuara kepada aksi pengepungan bersenjata dan saling baku tembak antara pasukan asing pimpinan Australia dengan kelompok pemberontak pimpinan Mayor Alfredo Reinado, membuat masa depan negara baru itu sulit untuk diramalkan (Unpredictable State). "Unpredictable State merupakan kata yang paling pas untuk melukiskan situasi yang terjadi di wilayah bekas koloni Portugis saat ini," kata pemerhati masalah Timor Timur, Mario Vieira kepada ANTARA News di Kupang, Minggu, ketika diminta komentarnya tentang masa depan Timtim dengan situasi keamanan yang dihadapi saat ini. Kantor Berita AFP, Minggu melaporkan, pasukan Australia yang didukung tank-tank, helikopter dan pesawat-pesawat udara menyerbu dan mengepung Kota Same untuk mencari pimpinan pemberontak Timor Timur Mayor Alfredo Reinado bersama 160 orang pendukungnya yang dilaporkan bersembunyi di Same yang terletak di selatan Dili, ibukota Timtim. Seorang pejabat pertahanan Australia mengatakan pasukan Australia menyerbu pangkalan pemimpin pemberontak dan menewaskan empat pendukung bersenjatanya, tapi tidak berhasil menangkap Mayor Alfredo. "Tujuan dari operasi tersebut untuk menangkap Alfredo Reinado dan para pengikutnya," kata pejabat pertahanan Australia itu kepada AFP dan menambahkan bahwa tidak ada pasukan internasional (ISF) yang tewas atau terluka dalam serangan itu. Para pejabat keamanan Australia dan PBB di Dili mulai khawatir terhadap meletusnya aksi kekerasan yang terus meluas, serta mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perang saudara jika tentara Australia membunuh atau mencederai pemimpin pemberontak itu. Mario mengatakan, mantan Wakil Panglima Pejuang Integrasi (PPI) Timtim, Eurico Guterre, melukiskan, kekacauan yang terjadi di Timtim saat ini akibat kemerdekaan yang direkayasa dan sebagai pertanda bahwa kemerdekaan itu sedang menuju ke ambang batas kehancuran. Ia menambahkan, kekacauan yang terjadi di Timtim saat ini dan sebelumnya lebih banyak dipengauhi oleh kepentingan asing yang mendompleng masalah internal Angkatan Perang Timtim (FDTL) dan meluas menjadi perebutan kekuasaan antara pro barat dan anti imperialis. Mario mengatakan langkah politik yang diambil Mayor Alfredo dengan melakukan aksi pemberontakan, karena dia merasa dikhianati oleh kaum imperialis yang sebelumnya menjadi antek imperialis. "Ibarat habis manis sepah dibuang," kata Mario dan menambahkan, Jose Ramos Horta menjadi Perdana Menteri Timtim menggantikan Mari`e Alkatiri karena Alfredo dan Alkatiri digulingkan oleh kelompok pro barat di Timtim atas dukungan pasukan asing. "Dengan mencermati situasi yang terjadi saat ini di Timtim, lebih pas jika posisi negara itu dikatakan Unpredictable State. Masa depan negara itu sulit untuk diramalkan," katanya menambahkan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007