Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Central Asia (BCA) Tbk telah membukukan laba bersih Rp18 triliun pada 2015 atau tumbuh 9,3 persen dari tahun 2014 yang sebesar Rp16,5 triliun.
Hal ini disampaikan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Kamis. Jahja mengatakan bahwa 2015 merupakan tahun yang positif untuk kinerja bisnis dan keuangan BCA.
"Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pertumbuhan protofolio kredit dan biaya bunga (cost of funds) yang lebih rendah, di mana pendapatan bunga bersih tumbuh 12 persen menjadi Rp35,9 triliun dari tahun sebelumnya," ujar Jahja.
Selain itu, dia menambahkan, faktor lain yang mendukung adalah adanya pertumbuhan pendapatan operasional lain sebesar 28,5 persen atau mencapai Rp12 triliun dibanding tahun 2014.
Portofolio kredit BCA sendiri tercatat sebesar Rp387,6 triliun selama tahun 2015, tumbuh 11,9 persen dari tahun 2014. Pertumbuhan ini tercatat di seluruh segmen terutama pada segmen kredit korporasi yang meningkat 17,2 persen menjadi Rp141,3 triliun pada tahun 2015.
Kredit komersial dan UKM BCA juga naik sembilan persen menjadi 146,2 triliun. Kenaikan juga terjadi pada kredit konsumer yang bertumbuh 8,9 persen menjadi Rp100,5 triliun pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, program KPR BCA tumbuh 8,7 persen menjadi Rp59,4 triliun, sementara kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 9,6 peren menjadi Rp31,6 triliun. Outstanding kartu kredit juga meningkat 8,1 persen menjadi 9,5 triliun.
Posisi permodalan dan likuiditas BCA juga dinyatakan segat dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 18,7 persen dan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) yaitu 81,1 persen per31 Desember 2015.
Peningkatan DPK
BCA juga mencatat pertumbuhan jumlah dana pihak ketiga (DPK) pada tahun 2015, naik 5,8 persen atau Rp25,8 triliun menjadi Rp473,7 triliun. Peningkatan ini berasal dari rekening dana transaksional giro dan tabungan (Current accounts and savings accounts/CASA) yang merupakan porsi terbesar dari total DPK yaitu 76,1 persen.
"Di tengah gejolak ekonomi pada tahun 2015 CASA BCA bertumbuh 7,1 persen menjadi Rp360,3 triliun pada akhir tahun 2015," kata Jahja.
Giro BCA tumbuh 7,7 persen menjadi Rp115,7 triliun dibandingkan tahun 2014, sementara tabungan meningkat 6,8 persen menjadi Rp244,6 triliun di tahun 2015.
Namun, dana deposito BCA hanya bertumbuh 1,7 persen atau Rp113,4 triliun, yang merupakan catatan terendah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Menurut BCA, hal ini terjadi karena sejalan dengan kebijakan penurunan suku bunga deposito BCA secara bertahap pada tahun 2015.
Selanjutnya, pada tahun 2015, level kredit bermasalah (NPL) gross BCa berada di 0,7 persen sedikit meningkat dari 2014 yang 0,6 persen, dengan rasio cadangan kredit bermasalah sebesar 322,2 persen.
"Memasuki tahun 2016, BCA tetap mengdepankan kebijakan dan langkah yang berhati-hati, tetap waspada dan siap untuk situasi yang tidak terduga. Kami tetap menyadari bahwa potensi peningkatan kredit bermasalah pada sektor perbankan Indonesia secara keseluruhan dapat memberikan efek berantai terhadap kualitas kredit BCA, tetapi kami memperkirakan semuanya masih pada tingkat yang dapat ditoleransi," ujar Jahja.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016