London (ANTARA News) - Sebanyak 2.000 pendukung sepak bola garis keras atau hooligan dari Inggris, Wales, dan Irlandia Utara, tidak akan diperkenankan menyaksikan Piala Eropa 2016 secara langsung di Prancis.

Larangan keras ini dilakukan untuk membantu pihak berwenang Prancis berkonsentrasi menjaga keamanan dari gangguan terorisme selama perhelatan Piala Eropa.

Prancis menderita dua serangan teroris besar dalam 12 bulan terakhir, para pejabat keamanan Perancis pun mencemaskan potensi serangan selama turnamen antar negara Eropa itu.

Pada November tahun lalu juga terjadi bom bunuh diri di luar Stadion Stade de France, di Paris saat laga persahabatan antara Perancis dan Jerman.

Ledakan itu bagian dari serangan terkoordinasi di ibukota Prancis, di mana teroris mengincar pusat keramaian seperti bar, restoran dan tempat musik, yang mengakibatkan 130 orang tewas.

Prancis pun masih dalam keadaan darurat yang statusnya diperpanjang sampai akhir Mei 2016.

Polisi Prancis pun mengadakan pertemuan rutin dengan pemangku kepentingan dari Inggris dan negara-negara Eropa lainnya untuk merencanakan skenario terburuk mengatasi masalah penonton, salah satunya menempatkan satuan kepolisian anti-teror pada kegiatan turnamen.

Mark Roberts selaku Asisten Kepala Polisi yang akan memimpin penertiban suporter sepak bola asal Inggris dan Wales mengatakan pasukan di seluruh negeri akan mulai beroperasi beberapa bulan mendatang guna memastikan suporter sepak bola tidak berkerumun di dalam terowongan.

"Saya pikir karena turnamen ini digelar di Prancis, kami akan melihat lebih banyak penggemar sepak bola yang bepergian menuju kompetisi ini daripada sebelumnya," kata Roberts dilansir dari Skysports, Kamis.

"Jadi akan ada operasi besar, secara signifikan akan lebih besar dari yang pernah kita lihat selama beberapa tahun belakangan," katanya.

Piala Eropa 2016 akan diselenggarakan di sejumlah kota di Prancis mulai 10 Juni sampai 10 Juli.

Penerjemah: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016