New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia diperdagangkan sedikit lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena spekulasi potensi kesepakatan para produsen membatasi produksi mereka mengimbangi lonjakan persediaan minyak AS.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 26 sen menjadi berakhir di 34,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea, patokan Eropa, untuk pengiriman Mei bertambah 12 sen menjadi menetap di 36,93 dolar AS per barel.
Persediaan minyak mentah komersial AS melonjak 10,4 juta barel menjadi 518 juta barel untuk pekan yang berakhir 26 Februari, 73,6 juta barel lebih besar dari satu tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA), unit dari Departemen Energi AS (DoE).
Persediaan minyak distilasi, termasuk minyak pemanas rumah, juga meningkat tajam. Pada sisi lain, data menunjukkan bahwa produksi minyak AS turun untuk minggu ke-16 berturut-turut.
Produksi minyak mentah AS kehilangan 25.000 barel menjadi 9,077 juta barel per hari pekan lalu.
Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS, naik 1,2 juta barel menjadi 66,26 juta barel.
"Angka-angka EIA jelas bearish, tidak ada keraguan tentang hal itu," kata Andy Lipow dari perusahaan konsultan Lipow Oil Associates.
Namun para analis mengatakan harga terangkat oleh pembicaraan antara para produsen tentang rencana untuk mengkoordinasikan batas untuk produksi. Arab Saudi, Rusia dan lain-lainnya telah mengatakan mereka akan berupaya membatasi produksi jika produsen lainnya mengikuti.
Tim Evans, analis di Citi Futures, mengatakan pasar minyak naik karena "dukungan nyata dari pernyataan Venezuela yang menjanjikan pertemuan antara 15 atau lebih produsen minyak segera."
Lipow juga mengutip laporan bahwa Arab Saudi telah mencari pinjama internasional sebesar 10 miliar dolar AS, sebagai salah satu faktor pendukung dalam harga.
"Saya pikir pasar mengartikan itu bahwa mereka berada di bawah tekanan keuangan" yang mereka akan segera mendukung aksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memotong produksi, demikian AFP melaporkan.
(A026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016