Moskow (ANTARA News) - Kelompok minyak Rusia telah sepakat untuk membekukan tingkat produksi seperti yang diusulkan bulan lalu oleh Moskow dan Arab Saudi untuk mengekang kemerosotan harga ke rekor terendah, kata Presiden Vladimir Putin, Selasa (1/3).
Saat membuka pertemuan dengan para kepala kelompok minyak, ia mengatakan Menteri Energi Alexander Novak telah memimpin diskusi tentang kesepakatan antara negara-negara produsen untuk mempertahankan produksi mereka.
"Seperti dilaporkan menteri kepada saya, Anda semua setuju dengan usulan ini," kata Putin dalam komentar yang dirilis oleh Kremlin. Ia menambahkan: "Ada usulan yang lebih radikal tetapi Anda tidak semua setuju."
Dia mengatakan ide itu untuk "menentukan tingkat produksi Rusia 2016 pada tingkat Januari," yang merupakan rekor pasca rekor Soviet rata-rata 10,8 juta barel per hari.
Arab Saudi dan Rusia -- dua produsen minyak terbesar di dunia -- mengusulkan setelah pertemuan 16 Februari dengan Qatar dan Venezuela bahwa semua negara produsen membekukan produksi mereka pada tingkat Januari untuk mendukung harga, asalkan produsen besar lainnya mengikuti.
Berita itu memicu harapan pasar akan stabil setelah tenggelam hampir ke posisi terendah dalam 13-tahun pekan lalu karena kelebihan pasokan terus berlanjut -- tapi kecewa mereka tidak berupaya memotong produksi.
Meskipun Iran menolak untuk berkomitmen, harga minyak telah secara signifikan pulih sejak itu, didukung oleh pengumuman pertemuan baru pada pertengahan Maret antara Rusia dan anggota OPEC Qatar, Venezuela dan Arab Saudi.
Setelah pertemuan Selasa yang dipimpin oleh Putin, Novak menegaskan bahwa kelompok minyak Rusia telah sepakat untuk "mendukung" pembekuan yang "akan mengurangi volatilitas" di pasar.
Namun demikian, "perusahaan-perusahaan kami tidak mengusulkan penurunan produksi, apalagi karena itu tidak mungkin dalam kondisi geopolitik saat ini," katanya, seperti dikutip kantor berita Interfax.
Pada Selasa Uni Emirat Arab mengatakan bahwa pembekuan produksi minyak akan mendorong harga naik dari level terendah dalam 13 tahun.
Kejatuhan harga minyak membuat Rusia terpuruk -- yang sudah dikenai sanksi Barat yang akibat konflik Ukraina -- ke dalam resesi yang berlanjut memasuki tahun kedua.
Iran, yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar kedua di dunia, telah meningkatkan produksi sejak kesepakatan dengan kekuatan Barat mengakhiri sanksi atas program nuklirnya yang kontroversial.
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menjelaskan kesepakatan pembekuan produksi sebagai "lelucon", menambahkan bahwa "ada ruang untuk diskusi" tetapi Teheran "tidak akan melepaskan" pangsa pasarnya.
(Uu.A026)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016