"Kami mengundang tokoh-tokoh yang mempunyai akses langsung ke masyarakat, karena kadang orang bisa jelaskan, tapi enggak punya akses. Tetapi tokoh disini bisa menyerap yamg disampaikan," kata Hasyim Muzadi di Depok, Selasa.
Dalam diskusi ini mengundang tokoh nasional seperti mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih.
Tema yang diambil dalam diskusi kali ini adalah "Moderasi Cegah Dini Radikalisme dan Terorisme Menuju Mayarakat Ekonomi Asean (MEA)". Diskusi ini dihadiri warga Nahdliyin.
Hasyim yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ingin menerobos bagaimana ide-ide kenegaraan diaplikasikan dimasyarakat.
"Berbagai saran terkait MEA juga disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Wantimpres fungsinya diminta atau tak diminta boleh memberikan saran," katanya.
Tetapi Presiden juga bebas menerima atau tidak saran yang diberikan.
Sementara itu, Ketua Wantimpres Sri Adiningsih menambahkan terjadi perubahan pasar yang besar di Indonesia sejak awal tahun 2016 sejak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Saat ini tak ada batas lagi dalam proses keluar masuk arus barang.
"Bahwa ekonomi dunia sekarang semakin terbuka. MEA menciptakan kesempatan yang besar bagi Indonesia untuk berkembang namun persaingan meningkat," katanya.
Ia menjelaskan dalam 20-30 tahun terakhir batas ekonomi tarif arus barang dihapus untuk meningkatkan arus perdagangan antar negara. Tujuanya guna meningkatkan kesejahteraann.
"Pembangunan dari pinggiran diharapkan mampu menurunkan ketimpangan dan menciptakan lapangan kerja yang lebih merata," katanya.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016