Ambon (ANTARA News) - Aparat kepolisian di jajaran Polres Pulau Ambon dan PP Lease masih menyelidiki kasus peledakan bom rakitan berkekuatan rendah (Low Explosive) di kompleks pelabuhan Yos Sudarso Ambon Sabtu pagi yang menyebabkan sedikitnya 12 orang menderita luka ringan dan berat. "Sejauh ini pihak Polres telah meminta keterangan dari lima orang sebagai saksi karena kebetulan mereka berada di tempat kejadian perkara dan belum ada di antaranya mengarah sebagai tersangka," kata Kabid Humas Polda Maluku, AKBP Tommy Napitupulu, di Ambon, Sabtu. Mereka yang dimintai keterangan polisi tersebut umumnya berprofesi sebagai pengojek dan pedagang atau penjaga kios yang selalu mangkal di kompleks pelabuhan. Polisi juga masih menduga bom rakitan yang meledak tepat di depan pintu keluar masuk pelabuhan itu kemungkinan diletakkan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) dalam sebuah gerobak dan gerobak tersebut telah dibawa ke Mapolres untuk penyelidikan lebih lanjut. Meskipun daya ledak bom rakitan itu rendah, lanjut Kabid Humas, namun tetap berpotensi membahayakan masyarakat karena dilengkapi dengan serpihan-serpihan paku, jarum atau potongan-potongan besi. "Sejak terjadinya ledakan bom, aparat kepolisian semakin meningkatkan pengamanannya dengan menambah jumlah personil petugas baik yang berseragam lengkap maupun satuan intelejen meskipun sudah banyak terdapat otoritas keamanan pelabuhan lainnya seperti KPPP, KPLP dan Polisi Militer," ujarnya. Sementara dari 12 korban luka-luka ringan dan berat yang mendapat perawatan medis di Rumah Sakit al Fatah Ambon, saat ini tersisa dua pasien yang dalam kondisi cukup parah di antaranya Anthony Hatalabessy (25) berprofesi tukang ojek serta Rahman (18) seorang penjaga kios. Teror bom kompleks pelabuhan Yos Sudarso yang bertetapatan dengan merapatnya KM. Bukti Siguntang milik PT. Pelni dari Jakarta - Surabaya - Makasar - Bau-Bau - Ambon -Tual itu tidak membuat panik warga Kota Ambon dan aktivitas masyarakat tetap berjalan normal.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007