Denpasar (ANTARA News) - Masyarakat seni Indonesia, khususnya di Bali, untuk selama-lamanya kehilangan salah seorang seniman serba bisa kelahiran Puri Abiantuwung, Kediri, Kabupaten Tabanan, I Gusti Ngurah Agung Supartha (63), yang meninggal dunia akibat serangan jantung dan sempat dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah."Supartha menghembuskan napas terakhir Kamis malam (1/3) dan jenazah akan diabenkan (kremasi) di kuburan Desa Adat Abiantuwung, Kediri, Tabanan, 12 Maret mendatang," kata I Gusti Agung Mayun, adik kandungnya, Sabtu.Ia menuturkan, almarhum merasakan sesak napas dan segera diajak ke dokter Dwi di Denpasar untuk mendapat perawatan. Setelah mendapat perawatan dari dokter praktek swasta itu kesehatannya kembali membaik.Dr Dwi yang berteman akrab dengan Supartha menyarankan, agar ke RSUP untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Dalam perawatan intensif di ruang ICU RSUP Sanglah itu, Supartha menghembuskan napas terakhirnya.Supartha meninggalkan seorang istri, RA Mas Roro Suhestiningtyas (49), dan empat putra-putri, serta sejumlah cucu. Supartha semasa hidupnya pernah menjabat Kepala Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI) Denpasar, Kepala Taman Budaya Denpasar dan Atase kebudayaan RI di Washinton DC, Amerika Serikat (AS).Almarhum dikenal sebagai komposer dan koreografer kenamaan Bali dan semasa hidupnya menghasilkan tidak kurang dari 500 seni kreatif dalam bidang tabuh dan tari Bali.Supartha meninggalkan banyak obsesi, dan salah satunya adalah pementasan tabuh kokokan dan tektekan melibatkan 10.000 seniman yang rencananya digelar di situs warisan budaya dunia di Subak Jatiwulih Penebel, Kabupaten Tabanan.Karya besarnya yang terakhir adalah pementasan spektakuler dramatari kecak klosal melibatkan 5.000 penari di obyek wisata Tanah Lot, saat ia bertindak sebagai komposer dan koreografer yang sempat mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri). (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007