Jakarta (ANTARA News) - Wajah belasan anak warga eks penghuni kawasan Kalijodo tampak riang saat bermain sepak bola di lapangan berplester yang ada di kompleks Rumah Susun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (26/2).

"Anak-anak masih polos. Mereka tidak akan berbohonong. Kalau mereka terlihat senang, berarti mereka memang senang di sini," kata Ketua RW 010 Kelurahan Marunda, Nasrullah Dompas.

Ia mengatakan Rumah Susun Marunda punya fasilitas lengkap karenanya tidak banyak keluhan dari warga Kalijodo ke dipindahkan ke kompleks hunian tersebut.

"Biasanya yang lebih mereka keluhkan adalah bagaimana mereka bisa bekerja. Sebelumnya mereka berdagang dan sekarang masih bingung bisa berjualan di mana," kata Nasrullah.

Dia mengatakan warga pindahan dari Kalijodo bisa berjualan di lingkungan Rumah Susun Marunda seperti penghuni-penghuni sebelumnya.

"Penghuni diperbolehkan berjualan di bagian bawah bangunan rumah susun," jelasnya.

Area kosong di bagian bawah rumah susun dimanfaatkan oleh beberapa penghuni untuk berdagang.

Nasrullah mengatakan penghuni yang berjualan di bagian bawah rumah susun tidak dikenai biaya maupun retribusi, hanya diharapkan menjaga kebersihan dan ketertiban.

"Selain itu juga ada rumah toko yang bisa disewa oleh penghuni. Bila berminat mereka bisa menyewa dengan pengundian tempat sebelumnya," tuturnya.


Pemusatan

Nasrullah mengatakan warga pindahan dari Kalijodo akan dipusatkan di Gedung A-11 yang memiliki 80 unit hunian. Setelah gedung itu penuh, baru warga pindahan dari Kalijodo akan dipindahkan ke gedung yang lain.

Menurut dia, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan 265 unit hunian untuk menampung warga kawasan Kalijodo, yang direlokasi karena permukimannya akan dijadikan ruang terbuka hijau.

Nasrullah mengatakan penempatan warga baru di Rumah Susun Marunda dilakukan dengan sistem undian.

Warga tidak bisa memilih unit hunian semau mereka sendiri dan itu membuat mereka yang tidak mendapatkan tempat tinggal sesuai keinginan memilih mengembalikan kunci.

Dia mencontohkan salah satu warga pindahan dari Kalijodo mengembalikan kunci karena enggan menempati hunian di lantai IV.

"Kalau tidak mau, mereka harus mencari sendiri tempat tinggal lain atau lebih baik pulang ke kampung halaman," ujarnya serta menambahkan pemerintah tidak akan memberikan pengganti apapun kepada warga yang mengembalikan kunci.


Mayoritas Penghuni

Kawasan Rumah Susun Marunda meliputi tiga kelompok gedung. Kelompok A terdiri atas 11 gedung, kelompok B 10 gedung dan kelompok C lima gedung.

Menurut Nasrullah penghuni Rumah Susun mayoritas adalah warga pindahan dari berbagai tempat seperti Muara Baru, Pluit, Penjaringan, Pinangsia, Pademangan dan Mangga Besar.

Biaya sewa setiap unit hunian di rumah susun tersebut berkisar Rp130 ribu hingga Rp160 ribu per bulan sesuai lokasi.

Dengan biaya sewa sebesar itu, para penghuni bisa menempati unit hunian tipe 36 yang terdiri atas ruang tengah, dua kamar tidur, satu kamar mandi dan WC, wastafel cuci piring dan area menjemur pakaian. Pasokan air bersih dan listriknya juga lancar menurut Nasrullah.

Nasrullah menambahkan, di sekitar rumah susun juga ada beberapa sekolah.

"Ada bus sekolah gratis yang akan mengantar anak-anak penghuni Rumah Susun Marunda ke sekolah. Juga ada bus penghubung TransJakarta gratis menuju Tanjung Priok," jelasnya.

Warga pindahan dari Kalijodo bisa menyekolahkan anak mereka di sekolah terdekat. Setelah menghuni rumah susun, mereka bisa langsung mendaftarkan anak mereka ke sekolah melalui posko pelayanan warga yang tersedia.

"Salah satu posko pelayanan warga relokasi Kalijodo di Rumah Susun Marunda adalah pendaftaran sekolah. Hari ini didata, besok bisa langsung bersekolah," katanya.

Nasrullah mengatakan anak-anak warga relokasi Kalijodo bisa bersekolah mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

"Kecamatan Cilincing membuka posko pendaftaran sekolah bagi anak-anak warga relokasi Kalijodo sejak 22 Februari hingga 5 Maret. Untuk PAUD di lingkungan Rumah Susun Marunda baru diresmikan hari ini dengan nama PAUD Tunas Indonesia di blok Hiu," katanya.

Di samping itu, ada beberapa sekolah negeri di sekitar rumah susun, antara lain SDN Marunda 02 Pagi, SMPN 266, SMPN 162, SMPN 143, SMPN 200, SMPN 231, SMAN 73, SMAN 114, SMAN 115, SMAN 92, SMAN 52, SMKN 4, SMKN 49 dan SMKN 36.


Rencana Dagang

Beberapa warga pindahan dari kawasan Kalijodo yang menempati Rumah Susun Marunda berencana melanjutkan usaha dagang mereka, namun masih bingung mencari tempat belanja dagangan.

"Kalau dulu di Kalijodo, mau belanja di agen dekat. Juga ada pedagang keliling yang menjadi langganan saya berbelanja," kata Jirah (51), yang selama di Kalijodo berjualan barang-barang seperti kopi, gula, sayuran, dan buah.

"Katanya diperbolehkan jualan kalau di dalam. Tidak boleh kalau sampai di lorong depan karena bisa mengganggu aktivitas penghuni," kata ibu beranak dua itu.

Jirah mengaku bersyukur bisa mendapat hunian baru di rumah susun.

"Tidak ada keluhan. Tempatnya cukup luas, lebih luas daripada saat saya masih di Kalijodo. Selain itu, airnya juga bersih," katanya.

Jirah menuturkan ketika mengetahui Kalijodo akan ditertibkan awalnya dia berniat pulang ke kampungnya di Sragen. Namun, suami dan dua anaknya melarang.

"Suami dan anak laki-laki saya bekerja di Jakarta. Biasanya seminggu sekali berkumpul. Kalau anak perempuan saya sudah berkeluarga dan ikut pindah ke Rumah Susun Marunda," kata Jirah.

Nasrullah Dompas mengatakan di lingkungan Rumah Susun Marunda ada satu toko grosir yang bisa dimanfaatkan warga yang ingin berjualan seperti Jirah.

"Biasanya kalau ada warga yang berdagang, belanja di toko itu. Harganya grosir sehingga bisa dijual kembali," katanya.

Dia menganggap wajar keluhan warga seperti Jirah, yang menurut dia hanya bagian dari proses adaptasi.

"Setelah mereka bisa beradaptasi, pasti segalanya akan lebih mudah bagi mereka," demikian Nasrullah Dompas.

Oleh Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016