Camat Gayam, Bojonegoro, Hartono, Jumat mengatakan, tim medis dari sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menjadi mitra ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) telah memberikan perawatan kepada warga yang mencium bau menyengat tersebut.
"Jumlah warga korban bau menyengat yang berasal dari lapangan sumur minyak Banyuurip, jumlahnya tidak banyak," katanya.
Ia menyebutkan, seorang warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, yang pertama kali mencium bau menyengat mirip telur busuk pada Minggu (21/2).
"Seketika itu tim medis dari LSM langsung memberikan perawatan kepada satu warga yang jatuh sakit, akibat tidak tahan mencium bau menyengat," jelas dia.
Setelah itu, lanjut dia, satu warga Desa Gayam, Kecamatan Gayam, juga mengalami gejala serupa pada Kamis (25/2). Tapi, perawatan medis juga langsung diberikan kepada warga itu.
"Saya tadi pagi juga sempat mencium bau menyengat mirip comberan beberapa menit, juga sama dengan bau yang terjadi sebelumnya," katanya.
Dari hasil koordinasi dengan EMCL, menurut Hartono, sumber bau busuk itu katanya berasal dari mesin diesel di lokasi lapangan sumur minyak Banyuurip.
"Ketika mesin diesel dimatikan, kemudian muncul asap, yang membawa bau menyengat," katanya.
Menurut dia, bau menyengat itu bukan dari sumur minyak langsung, seperti dalam kasus warga yang mengalami keracunan gas H2S (Hidrogen Sulfida) dalam kasus sebelumnya.
Kepada EMCL, dia telah meminta untuk menangani para korban dan berkoordinasi dengan Puskesmas Gayam.
Terkait dengan kasus bau yang berasal dari lapangan Banyuurip, katanya, EMCL tidak memberikan ganti rugi kepada warga, karena warga belum ada yang mengajukan tuntutan ganti rugi kepada EMCL.
"Sampai hari ini tidak ada warga yang mengajukan tuntutan ganti rugi," katanya.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016