Lampung Timur (ANTARA News) - Aktivis lingkungan Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia mensinyalir perburuan gading dan gigi gajah masih marak terjadi di dalam kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

Menurut Sugiyo, aktivis WCS Indonesia, saat dihubungi di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur, Jumat, WCS mencatat pada 2015 sedikitnya lima ekor gajah di TNWK mati terbunuh dengan kondisi gigi dan gadingnya yang hilang.

Dari kelima kasus gajah yang ditemukan mati itu rata-rata kondisi kepalanya sudah terpotong dari badannya.

"Rata-rata gajah yang mati itu kepala dan badannya terpisah, dengan kondisi belalai terpotong dan gadingnya hilang, sedangkan di bagian mulutnya rusak serta giginya pun hilang," ujarnya pula.

Menurut dia, dengan melihat kondisi gajah yang mati hampir serupa tersebut besar kemungkinan gajah itu sengaja diburu untuk diambil gigi dan gadingnya.

Dia menyatakan, penyebab maraknya perburuan satwa gajah itu terjadi di TNWK karena faktor kemudahan akses masuk ke hutan taman nasional, selain karena keterbatasan jumlah petugas pengawas TNWK.

Ia juga menyatakan, WCS menyesalkan perburuan gajah kembali terjadi di hutan TNWK, menyusul ditemukan kembali gajah yang mati dengan kondisi terpotong dan hilang gigi serta gadingnya yang ditemukan di Seksi II Way Kanan TNWK pada Kamis (25/2).

Pihak kepolisian mengusut kematian seekor gajah sumatera di Taman Nasional Way Kambas dengan kondisi kepala telah terpisah dari badannya dan diduga akibat ulah pemburu liar yang mengincar dan mengambil gigi beserta gadingnya.

Kompol Ujang Supriyanto, Kepala Bagian Operasional Polres Lampung Timur, di Sukadana, Kamis, saat dikonfirmasi membenarkan telah ditemukan seekor gajah dalam kondisi sudah mati di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang diduga dibunuh oleh para pemburu.

"Benar, telah ditemukan gajah yang mati berjenis kelamin jantan di Rawabundar area Seksi II Way Kanan Taman Nasional Way Kambas," ujarnya.

Dia menjelaskan, gajah yang ditemukan mati itu baru diketahui pada Kamis (25/2), dengan kondisi telah membusuk dan kepala terpisah dari badannya.

"Gajah itu mati dengan kondisi kepala terpisah dari badannya, dan dari kepalanya bagian yang hilang gigi dan gadingnya," katanya.

Menurutnya, dari hasil penelitian dokter hewan Balai Besar TNWK, gajah tersebut diperkirakan telah mati hampir 10 hari.

Ia menegaskan, Polres Lampung Timur kini tengah melakukan penyelidikan penyebab kematian gajah liar tersebut.

Gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) saat ini populasinya kian menyusut dan termasuk jenis satwa langka yang dilindungi di dunia dan masih hidup alami di hutan TNWK di Lampung.

Pewarta: Budisantoso B & Muklasin
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016