Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) mengakui saat ini Indonesia jauh tertinggal dalam hal pelaksanaan kejuaraan internasional dengan negara lain dan diperlukan perubahan mendasar supaya secepatnya bisa bersaing.
"Kami akui jika saat ini kita jauh tertinggal. Untuk itu kita harus banyak belajar ke tempat lain seperti halnya ke Malaysia," kata Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari saat dikonfirmasi dari Jakarta, Jumat.
Selama tiga hari, Ketua PB ISSI bersama dengan pengurus induk organisasi balap sepeda Indonesia itu melakukan studi banding ke Malaysia dengan fokus melihat secara langsung pengelolaan salah satu kejuaraan paling bergengsi di Asia yaitu Le Tour de Langkawi 2016.
Kejuaraan ini merupakan kategori 2 HC atau lebih tinggi dua level dibandingkan kejuaraan balap sepeda yang selama ini digelar di Indonesia yaitu kategori 2.2. Memang perbedaannya cukup jauh, namun PB ISSI berencana menaikkan kategori yang lebih tinggi yaitu 2.1.
Pria yang akrab dipanggil Okto itu menjelaskan, studi banding dinilai sangat penting. Apalagi Indonesia mempunyai perkembangan yang bagus untuk balap sepeda meski secara umum pengelolaannya belum maksimal. Begitu juga peran pemerintah yang dinilai masih kurang.
"Pemerintah Malaysia melalui Kementerian Belia dan Sukan mendukung penuh Le Tour de Langkawi. Bahkan sebagai pelaksana. Itu yang harus dicontoh oleh Indonesia jika ingin berkembang baik prestasi olahraga maupun pariwisatanya," katanya dengan tegas.
Keterlibatan pemerintah sebenarnya sudah dilakukan di Indonesia seperti yang dilakukan Kementerian Pariwisata. Salah satu yang didukung penuh adalah Tour de Singkarak. Hanya saja, PB ISSI berharap Kementerian Pemuda dan Olahraga menjadi pemimpin seperti yang dilakukan oleh Malaysia.
"Peran pemerintah memang sangat penting karena harus memberikan dukungan penuh. Sedangkan ISSI akan mendukung secara teknis. Makanya kami akan terus melakukan upgrade pada wasit, commissaire hingga pebalap yang disiapkan untuk sebuah kejuaraan," kata mantan Ketua HIPMI itu.
Selama melihat langsung Le Tour de Langkawi, PB ISSI juga mempelajari sistem perlombaan yang dilakukan. Selain itu juga dilakukan sharing dengan pihak UCI sebagai organisasi tertinggi balap sepeda, pihak panitia penyelenggara kejuaraan hingga perwasitan.
Bahkan, Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari terlibat langsung dalam menangani tim dalam hal ini Pegasus Continental Cycling Team serta bersama dengan salah satu commissaire UCI yaitu Martin Bruin memantau langsung jalannya perlombaan.
Selain sistem dan jalannya perlombaan, PB ISSI juga mempelajari bagaimana sistem keamanan yang dilakukan. Raja Sapta menilai tugas kepolisian pada Le Tour de Langkawi sesuai dengan prosedur dan polisi yang terlibat sudah mengetahui dengan baik hak dan kewajiban yang harus dilakukan.
"Peran kepolisian cukup krusial. Makanya kita harus ada kerjasama yang jelas supaya setiap kejuaraan internasional yang digelar sesuai dengan aturan yang berlaku," kata pria yang juga seorang promotor tinju internasional itu.
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016