Surabaya (ANTARA Newsntara) - Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menyosialisasikan Alat Peraga Edukasi (APE) untuk anak usia dini guna menolak sikap menyimpang kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
Media pembelajaran APE terdiri dari 50 permainan itu dipamerkan, Kamis, yaitu boneka tangan berbentuk laki-laki dan perempuan, pohon keluarga bergambar ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, hingga lukisan bergambar anak laki-laki dan perempuan yang tengah bermain.
Ketua kelompok Mahasiswa PG PAUD, Isroun Nisa di Surabaya menjelaskan dalam mempraktikan permainan itu hendaknya para guru dapat menjelaskan struktur dalam keluarga dimana ada ayah, ibu, kakak dan adik.
"Sama halnya seperti tugas utama para orang tua dan anak di dalam sebuah rumah tangga yang harmonis dan sehat, serta mengenalkan sifat seorang ayah yang identik tegas, maupun sifat seorang ibu yang lemah lembut," kata dia.
Kepala Program Studi PG-PAUD UM Surabaya, Ratno Abidin menjelaskan, media tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran kepada anak untuk mengenalkan gender sejak dini, karena sejak kecil anak perlu dikonstruksi untuk menjadi heteroseksual, yang idealnya diberikan kepada anak sejak usia tiga tahun.
"Belakangan ini masyarakat ramai membincangkan masalah LGBT. Kampus sebagai kalangan pendidikan moral adalah tempat dimana perdebatan sikap dan cara pandang harus didasari argumentasi ilmiah, bukan emosional," jelasnya.
Menurut dia, dengan adanya kegiatan tersebut bisa menjadi satu bentuk usaha kreatif agar masyarakat berhati-hati dan menjaga anak sejak dini, namun anak yang berperilaku LGBT sudah bisa dideteksi sejak dini.
Hal itu terlihat dari kecenderungan memilih teman bermain ataupun memilih mainan, misalnya anak laki-laki yang suka bermain mainan perempuan.
"Pro dan kontra dalam iklim demokrasi merupakan satu hal yang wajar. Apa yang dilakukan mahasiswa adalah sebuah usaha untuk mengingatkan para orang tua agar menjaga anak-anaknya, yaitu dengan mengawasi media pembelajaran untuk anak sejak dini," tuturnya.
Alat peraga yang dibuat oleh mahasiswa, lanjutnya bertujuan menegaskan pentingnya membuat media pembelajaran yang ramah terhadap anak dan jauh dari konstruksi LGBT, karena sejak kecil anak perlu dikonstruksi untuk menjadi heterosexual.
Di sisi lain, Dekan FKIP UM Surabaya Dr. Ridlwan, M.Pd menjelaskan bahwa LGBT perlu dilawan dan ditolak, karena perilaku menyimpang itu akan berujung pada rusaknya tatanan sosial di masa yang akan datang.
"Kampus sebagai rumah intelektual adalah tempat untuk menentukan cara pandang, sehingga usaha yang dilakukan oleh mahasiswa harus aktif menolak sosialisasi secara halus mengenai LGBT yang sekarang beredar," katanya.
Pewarta: Indra Setiawan/Laily Widya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016