Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong masyarakat di berbagai daerah di Tanah Air untuk lebih giat dalam berusaha dan berzakat sebagai upaya untuk mengutangi ketimpangan.
"Kita harus mendorong masyarakat untuk berusaha. Kita berada dalam kesenjangan yang besar di mana masyarakat yang mampu dan kurang mampu sangat besar perbedaannya," kata Jusuf Kalla dalam acara Gala Dinner peluncuran lembaga kemanusiaan NU Care di Jakarta, Kamis.
Wapres mengemukakan, para pemimpin agama dan ulama seharusnya lebih berupaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat selain mengajarkan amal ibadah, tetapi membutuhkan pula usaha untuk meningkatkan pengumpulan zakat, infak, dan sedekah. "Tanpa kekuatan bersama tidak mudah kita capai," katanya.
Jusuf Kalla juga memaparkan perbedaan antara zakat dan pajak, yaitu bila pajak diambil daripada keuntungan dalam usaha, maka zakat diambil dari kekayaan yang dimiliki seseorang.
Untuk itu, ujar dia, bisa saja orang kaya saat merugi atau bangkrut sehingga tidak bayar pajak, tetapi untuk zakat tetap harus dibayar guna membersihkan harta yang dimilikinya.
"Saya memahami juga untuk memperbesar zakat, tentu yang pertama harus memperbesar kekayaan karena zakat diambil dari kekayaan," katanya.
JK menganalogikan seperti kalau seseorang ingin memetik buah yang banyak maka dia harus menanam banyak pohon, sebab kalau tidak ada pohon berarti apa yang bisa dipetik.
Dia memaparkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 800 ribu masjid dan musholla serta memiliki hingga sekitar 30 ribu pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya.
Karena itu, Kalla juga mengajak masyarakat untuk berdagang seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. "Pak kyai harus turut mengampanyekannya supaya zakat amal ibadah bertambah lebih banyak lagi," katanya.
Wapres juga mengemukakan, inti dari lembaga amil zakat yang ada di Tanah Air hanya satu, yaitu adanya kepercayaan dari masyakarat, seperti di kawasan pedesaan yang biasanya pengumpulan bantuan dilaksanakan serta disebarkan oleh alim ulama.
Jusuf Kalla juga mengingatkan agar suatu lembaga amil zakat jangan bangga dengan banyaknya saldo, tetapi seharusnya cepat menyalurkan kepada kalangan masyarakat yang membutuhkan.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menekankan kepada pentingnya kemapanan untuk bisa melakukan ibadah secara lebih berkualitas.
Ketum PBNU juga menekankan kepedulian terhadap kaum fakir dan orang miskin sebagai upaya pemerataan kesejahteraan, sehingga kekayaan tidak bertumpuk di satu golongan tertentu saja.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016