Tren mata uang domestik masih berpotensi membaik
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Kamis pagi bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp13.428 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.413 per dolar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang masih dalam tren penurunan kembali membebani laju mata uang rupiah terhadap dolar AS. Di tengah situasi seperti itu, pelaku pasar uang cenderung meningkatkan kepemilikan pada mata uang yang dianggap safe haven seperti dolar AS.

"Imbas dari kondisi tersebut membuat sejumlah mata uang di negara-negara penghasil komoditas, seperti rupiah cenderung mengalami pelemahan," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, laju mata uang rupiah juga dibatasi oleh sentimen pembatasan suku bunga bank oleh pemerintah. Namun diperkirakan sentimen itu bersifat jangka pendek karena kebijakan itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan Indonesia.

"Sentimen intervensi pemerintah cenderung mereda meski belum hilang sepenuhnya," kata dia.

Sementara itu, Analis LBP Enterprises, Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa faktor pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia akan menahan koreksi rupiah lebih dalam terhadap dolar AS.

"Tren mata uang domestik masih berpotensi membaik. Dengan suku bunga rendah maka kemampuan konsumsi masyarakat akan meningkat yang akhirnya kegiatan usaha akan naik," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut Lucky Bayu Purnomo, bank sentral Amerika Serikat juga belum berencana untuk mengubah suku bunga acuan (Fed fund rate), sentimen itu akan menjadi faktor positif bagi mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016