Semarang (ANTARA News) - Lembaga Sertifikasi Profesi menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai sejak awal 2016.
"Khususnya untuk SDM di bidang batik yaitu para pengrajin batik, kualitasnya harus ditingkatkan melalui pelaksanaan sertifikasi," kata Direktur LSP Batik Subagyo Sujono Putro di Semarang, Rabu.
Menurut dia, ada tiga penilaian yang diberikan kepada para pengrajin batik melalui proses sertifikasi tersebut yaitu ketrampilan, pengetahuan, dan sikap.
Melalui tiga penilaian tersebut diharapkan para pengrajin batik memiliki sertifikat sebagai bukti kualitas kemampuan mereka. Selanjutnya, mereka diharapkan mampu bersaing hingga tingkat ASEAN.
Berdasarkan data LSP, dari target 2.400 SDM yang mengikuti proses sertifikasi batik pada tahun lalu, hanya 1.800 yang memperoleh sertifikat tersebut.
"Diharapkan, yang belum lulus proses sertifikasi pada tahun lalu dapat mengikuti kembali di tahun ini. Secara nasional pada tahun ini kami menargetkan ada 10 ribu SDM di bidang batik yang bisa memperoleh sertifikat," katanya.
Dari total target tersebut diharapkan setengahnya adalah SDM batik dari Jawa Tengah. Tingginya target untuk Jawa Tengah mengingat provinsi ini merupakan salah satu sentra batik di Indonesia.
Sementara itu, terkait dengan kendala proses sertifikasi batik tersebut adalah mengenai minimnya pengetahuan pengrajin batik terkait standar kompetensi.
Menurut Manajer Sertifikasi LSP Batik Rodia Syamwil, para pengrajin dapat bekerja tetapi belum berkompeten dan memperhatikan hal-hal kecil namun penting, salah satunya adalah mengesampingkan penggunaan masker saat produksi.
Terkait hal itu, pihaknya terus berupaya untuk mengubah pola pikir para pengrajin batik. Tujuannya adalah mampu menjadi SDM di bidang batik yang berkompeten dan sesuai dengan standar nasional bahkan internasional.
Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016