"Presiden juga meminta sesuai usulan BNN untuk istilahnya pasukan K9 atau anjing-anjing yang mengendus, mengetahui narkoba untuk dipersiapkan dalam jumlah yang cukup signifikan sehingga bisa membantu untuk pemberantasan narkoba," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam jumpa pers di Kantor Presiden Jakarta, Rabu.
Presiden Jokowi memimpin Rapat Terbatas dengan topik Pemberantasan Narkoba dan Program Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba yang diikuti oleh menteri dan pemimpin lembaga terkait.
Pada kesempatan itu Presiden menyatakan perang terhadap narkoba sehingga setiap kementerian/lembaga diminta untuk mempersiapkan langkah untuk penindakan, pencegahan, dan rehabilitasi korban narkoba.
Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Wasesa mengatakan sampai saat ini baru dua negara yang bisa melatih dan menyiapkan jenis ras anjing yang memang khusus untuk masalah narkotika.
"Satu dari Belanda, satu dari Jerman. Seleksi untuk menyeleksi anjing ini ternyata tidak mudah. Karena kemarin BNN membutuhkan 50 anjing dari 112 yang ditawarkan dan diseleksi, itu hanya terpenuhi hanya 9 ekor. Itu yang baru terseleksi, belum dia terlatih. Baru terseleksi bakatnya, kemampuannya baru terseleksi," katanya.
Budi berharap bisa memenuhi target 50 anjing pelacak terlatih yang bisa dididik dan dilatih termasuk pawangnya.
Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan pasukan K-9 untuk mendeteksi narkoba sudah ada di Polri dan bisa digunakan.
BNN saat ini sedang melakukan pengadaan 50 ekor dan baru terjaring sebagian kecil yang akan dilatih di Polri.
"Nanti ini dilatih sama dan dimanfaatkan oleh pawang yang sama untuk bisa dioperasionalkan khusus untuk narkotika," katanya.
Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016