Harga minyak mentah dunia kembali mengalami tekanan setelah Iran menolak rencana gabungan dengan Arab Saudi serta Rusia untuk menahan level produksi minyaknya
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi bergerak melemah sebesar 26 poin menjadi Rp13.453 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.427 per dolar AS.
"Harga minyak mentah dunia kembali mengalami tekanan setelah Iran menolak rencana gabungan dengan Arab Saudi serta Rusia untuk menahan level produksi minyaknya," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta di Jakarta.
Kondisi itu, lanjut dia, menjadi salah stau faktor yang mendorong dolar AS untuk bergerak menguat walaupun data kepercayaan konsumer di Amerika Serikat mengalami penurunan. Indeks kepercayaan konsumen AS berada di level 92,2 pada Februari, turun dari 97,8 pada Januari.
Ia menambahkan bahwa penguatan dolar AS juga dipicu oleh pelemahan mata uang euro dan yen Jepang, imbal hasil obligasi di negara itu terus mengalami penurunan seiring dengan prospek inflasi serta pertumbuhan yang memburuk.
Dari dalam negeri, Rangga Cipta mengatakan bahwa laju rupiah dibatasi oleh sentimen pembatasan suku bunga oleh pemerintah. Pemerintah mengharapkan suku bunga yang rendah untuk mendorong pertumbuhan.
"Walaupun bermaksud memacu pertumbuhan, sentimen itu dibaca sebagai sumber ketidakpastian baru sekaligus tambahan sentimen negatif oleh investor. Situasi itu berpeluang memberi tekanan mata uang domestik dalam jangka menengah. Secara historis lemahnya rupiah dapat menghalangi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan (BI rate)," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa mata uang yang masuk dalam kategori safe haven seperti dolar AS menjadi incaran utama investor setelah keputusan bank sentral Tiongkok untuk menetapkan rentang perdagangan mata uang yuan yang lebih rendah terhadap dolar AS.
"Keputusan itu membuat pasar keuangan di kawasan Asia cenderung bergerak dalam area pelemahan," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016