Madrid (ANTARA News) - Polisi Spanyol dan Maroko menangkap empat orang yang dituduh berpotensi merekrut milisi untuk berperang di Suriah dan Irak atau melakukan penyerangan di Spanyol atau Maroko, kata pejabat Kementerian Dalam Negeri Spanyol, Selasa.
Tiga orang berkewarganegaraan Spanyol ditahan di wilayah Spanyol di Ceuta, Afrika utara, dan satu lagi warga Maroko ditangkap di Nador, Maroko, lapor Reuters.
Penangkapan itu bagian dari operasi bersama kedua negara tersebut, demikian pernyataan pejabat kementerian.
Dengan penangkapan terakhir itu, Spanyol telah menahan 12 orang yang diduga memiliki jaringan dengan kelompok bersenjata ISIS sepanjang tahun ini.
Pada 2015, Spanyol menangkap 102 orang yang dituduh memiliki koneksi dengan ISIS. Lebih dari dua kali lipat pada tahun sebelumnya, saat polisi meningkatkan standar keamanan setelah adanya serangan para milisi di Paris, Prancis.
Pihak berwenang juga menangkap sembilan orang yang diduga memiliki atau berkolaborasi dengan tindak kejahatan dan organisasi teroris yang terkait dengan Partai Buruh Kurdistan (PKK).
Ceuta merupakan salah satu dari dua wilayah teritorial Spanyol di pesisir Maroko - lainnya adalah Melilla - dan menjadi perhatian utama penyelidikan antimilisi Spanyol.
Pada bulan Maret 2015, Spanyol menyatakan pihaknya telah membongkar sel kelompok militan di daerah yang telah siap menyerang Spanyol atau target lain di Eropa.
Sebelumnya, polisi Spanyol menangkap sembilan orang di wilayah Catalonia yang juga diduga berkaitan dengan ISIS.
Mereka ditangkap dalam operasi penggerebekan terbaru di Barcelona dan Tarragona. Kesembilannya disangka terkait dengan kejahatan yang berkaitan dengan terorisme, khususnya ISIS.
Pihak berwenang di Eropa berusaha menghentikan kaum muda bepergian ke Irak dan Suriah demi berperang dengan ISIS.
Sejumlah sel perekrutan ISIS menjadi sasaran penggerekan pihak berwenang di Spanyol, termasuk di wilayah Spanyol di Afrika Utara, yaitu Ceuta dan Melilla.
Pada 1 April 2015, seorang warga Maroko yang tinggal di Catalonia masih ditahan setelah diduga menyalurkan dua gadis kembar berusia 16 tahun guna berperang dengan kelompok-kelompok ekstremis di Suriah. Setahun kemudian seorang anak laki-laki meninggal dunia di sana. (UU.M038)
(Uu.M038/G003)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016