Sydney (ANTARA News) - Fiji pada Selasa mengirimkan kapal pengangkut bantuan ke pulau-pulau terpencil dan desa pesisir yang hancur akibat topan yang menewaskan setidaknya 29 orang sementara pekerja sosial memperingatkan kemungkinan penyebaran virus Zika dan dengue.

Ada kekhawatiran jumlah korban tewas bertambah di negara berpenduduk 900.000 orang itu saat jaringan komunikasi pulih di beberapa pulau kecil yang terdampak topan Winston pada Sabtu.

Gambar pulau-pulau yang diambil Angkatan Udara Selandia Baru dan diunggah pada laman resmi pemerintah Fiji menunjukkan desa-desa yang porak-poranda dan kebanjiran setelah badai Winston menyapu 300 pulau di kepulauan itu dengan kecepatan hingga 325 kilometer per jam.

Ribuan warga Fiji tinggal di gubuk kayu di daerah-daerah pesisir.

Pihak berwenang memperingatkan akan kerusakan sangat parah di Pulau Koro, pulau terbesar ketujuh Fiji, dan lebih dari 8.000 orang masih mengungsi di sejumlah tempat di penjuru negeri.

Perdana Menteri Frank Bainimarama meyakinkan warga Fiji bahwa pemerintah berusaha sekuat tenaga di tengah meningkatnya kritik terhadap upaya tanggap darurat yang lambat di beberapa bagian negara.

"Kami tidak akan beristirahat hingga kami menjangkau Anda dan memberikan bantuan yang sangat Anda butuhkan," kata Bainimarama dalam pernyataan setelah mengunjungi satu pusat pengungsian.

"Sayangnya proses pemulihan akan butuh waktu, mungkin lama," katanya serta mengatakan bahwa hampir tidak ada bagian negara yang tidak terkena dampak badai itu.

Bandara internasional Fiji di Nadi kembali dibuka dan tim evakuasi medis telah diterbangkan ke sejumlah pulau terluar untuk memberikan bantuan darurat seperti air dan alat-alat kesehatan, obat-obatan serta akses menuju tempat pengungsian.

Pekerja kemanusiaan mengingatkan adanya potensi penyebaran virus Zika dan dengue, keduanya dibawa oleh nyamuk yang akan berkembang biak di genangan air tenang yang muncul setelah badai.

"Ancaman dengue dan Zika dalam hari-hari kedepan di Fiji itu nyata," kata Chris Hagarty, manajer senior program kesehatan dari Plan International Australia.

"Saat yang segera menyusul bencana dengan skala yang seperti ini dapat menjadi yang sangat berbahaya," tambah dia seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Periode segera setelah bencana dalam skala ini bisa berbahaya."

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendeklarasikan wabah kasus Zika di Amerika Selatan sebagai keadaan darurat kesehatan internasional pada 1 Februari, mengutip adanya kemungkinan hubungan antara infeksi Zika selama masa kehamilan dengan mikrosefali, kondisi yang ditandai dengan kepala kecil akibat masalah perkembangan otak.

Masih banyak yang belum diketahui tentang Zika, termasuk apakah virus itu memang benar menyebabkan mikrosefali.

Brazil telah mengkonfirmasi lebih dari 500 kasus mikrosefali, dan memperkirakan sebagian besar di antaranya berhubungan dengan infeksi virus Zika pada ibu. Brazil sedang menyelidiki lebih dari 3.900 kasus lainnya yang diduga mikrosefali. (Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016