Yogyakarta (ANTARA News) - Mantan anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Arif Damarjati (26), mengatakan pengalamannya selama bergabung dengan organisasi terlarang tersebut membuatnya lebih waspada terhadap berbagai ajakan untuk bergabung dengan organisasi-organisasi tertentu.
"Ini sebuah pelajaran berharga. Ke depan tentunya saya akan lebih selektif," kata Arif Damarjati, di Yogyakarta, Selasa.
Saat disinggung perihal kehidupannya selama masih bergabung Gafatar, pengusaha mobil rental itu tampak enggan bercerita.
"Secara pribadi, berat juga (menceritakan tentang Gafatar). Yang lalu biarlah masa lalu. Saya nggak mau ungkit-ungkit lagi," katanya.
Usai kembali dari Mempawah, Kalimantan Barat ke Yogyakarta, Arif bersama ibunya, istri dan satu anaknya memutuskan untuk melanjutkan kehidupan mereka.
Ia dan keluarga menghabiskan waktu tiga minggu di Mempawah pada akhir Desember 2015.
Dia mengaku alasan berangkat ke Mempawah karena ingin merintis usaha di Kalbar.
Meski enggan berkisah tentang pengalamannya bersama Gafatar, dia menegaskan akan melupakan semua yang telah dialaminya dan melanjutkan hidup.
"Yang pasti buku Gafatar sudah ditutup. Kami harap bisa move on saja," ujar Arif.
Usai kembali ke Yogyakarta pada akhir Januari 2016, mereka mendapatkan pembinaan dan pemeriksaan kesehatan secara periodik dari aparat, petugas pemerintahan desa dan tenaga medis.
"Petugas Polsek, Koramil, KUA, Puskesmas, penyuluh agama, RT, RW, lurah, bhabinkamtibmas, dan babinsa dikerahkan semua," kata Lurah Rejowinangun, Retnaningtyas.
Arif dan keluarganya termasuk eks Gafatar yang beruntung karena masih memiliki tempat tinggal. Berbeda dengan beberapa keluarga eks Gafatar lainnya, contohnya keluarga Ahmad Hadi Subroto dan keluarga Yogi.
Ahmad bersama istri dan ketiga anaknya sudah tidak memiliki rumah di Yogya karena sudah dijual sebelum mereka pergi ke Kalimantan.
Tidak hanya punya kesulitan tempat tinggal, Ahmad dan keluarganya juga punya masalah lain yakni kependudukan.
Mereka tercatat sudah pindah dari Yogyakarta, tetapi kependudukan mereka belum masuk di Mempawah Hilir, Kalimantan Barat.
Sementara Yogi dan istrinya yang merupakan salah satu warga Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, kesulitan mencari tempat tinggal karena tidak diterima keluarga dan masyarakat.
"Dia (Yogi) orang Prawirodirjan, keluarganya belum mau menerima dia. Lalu mereka (Yogi dan istri) sempat mengontrak di Prambanan. Tapi masyarakat di sana nggak mau menerima," kata Lurah Retna.
Beruntung, Arif bersedia menampung keluarga Ahmad maupun Yogi untuk tinggal sementara di rumah Arif.
Sebanyak 78 orang mantan anggota Gafatar asal Yogyakarta sudah dipulangkan dari Kalimantan. Jumlah tersebut terbagi atas dua gelombang yakni sembilan orang pada gelombang pertama dan enam sembilan orang pada gelombang kedua.
Mereka ditempatkan sementara di Gedung Transito setelah ditampung dari gedung Youth Center di Sleman.
Sementara gelombang ketiga terdiri atas 46 orang eks Gafatar rencananya akan dipulangkan ke Yogyakarta dalam waktu dekat.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016