Aktivis Nasyiatul Aisyiyah Sulawesi Selatan (Sulsel), Yusnaeni di Makassar, Senin, menceritakan bahwa Musyarafah semula berniat berkunjung ke rumahnya di Samata, Gowa.
Menjelang magrib (Minggu, red) Musyarrafah dibonceng temannya, melintas di Jalan Hertasning Baru, menuju Samata, Gowa.
"Ketika berada di depan Masjid Cheng Ho, ada motor yang mendekat dan nyaris menyerempet motor Kak Musyarrafah. Salah seorang dari mereka berusaha menarik tas yang dipegang Musyarrafah, namun ia melawan. Tasnya berhasil dipertahankan, tapi ia gagal mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Ia jatuh dan kepalanya terbentur," jelas Yusnaeni.
Dibantu teman yang memboncengnya dan sejumlah warga sekitar, Musyarrafah dibawa ke Rumah Sakit Grestelina, Jalan Hertasning, Makassar. Namun nyawanya sudah tidak tertolong.
"Memang kematian adalah takdir, tapi kami sedikit menyayangkan lambannya pihak rumah sakit menangani sahabat kami," sesalnya.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Dr. KH. Mustari Bosra yang sempat melayat jenazah Musyarrafah di RS Grestelina berharap polisi segera menemukan pelaku penjambretan itu.
"Sudah rahasia umum, kawasan Hertasning Baru adalah daerah yang rawan. Sudah sering terjadi tindak kriminal di jalur tersebut. Pemerintah Kota Makassar maupun Pemkab Gowa mesti bersinergi dengan aparat keamanan, mengamankan jalur tersebut. Kita tidak ingin bertambah korban lagi," ujar dosen UNM ini.
Turut hadir melayat di RS. Grestelina, Ketua PW Aisyiyah Sulsel, Nurhayati Azis, sejumlah aktivis Nasyiatul Aisyiyah Sulsel, serta puluhan mahasiswa Kabupaten Barru.
Semasa hidupnya, selain aktif di Muhammadiyah, Musyarrafah memang dikenal pula sebagai salah seorang aktivis organisasi daerah mahasiswa Barru.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016