Cianjur (ANTARA News) - Akibat terjadinya rawan daya beli beras di beberapa kedusunan di Desa Sindangsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dalam dua bulan terakhir ini, maka sejumlah warga setempat dilaporkan mengkonsumsi talas hutan dan singkong. Tokoh masyarakat Desa Sindangsari, Wadayat (44), kepada wartawan, Kamis, mengemukakan bahwa warga yang mengalami rawan daya beli tersebut terjadi di tiga kedusunan, yakni Dusun I Sindangasih, Dusun II Sindangkarya dan Dusun III Sindangmulya. Kondisi terparah terjadi di dua kampung yang berada di Dusun III, yakni Kampung Sukatani dan Sukamukti. "Hampir rata-rata warga di dua kampung itu mengalami rawan daya beli," jelasnya. Dikatakannya, kondisi itu terjadi menyusul hilangnya mata pencaharian warga sebagai buruh tani baru-baru ini. "Saat ini banyak pemilik sawah yang takut bertani, karena kondisi cuaca yang belum menentu," ujar Wadayat. Sementara itu, Ketua RT 26/07 Kampung Sukamukti, Desa Sindangsari, Ukar (60), membenarkan bahwa jika sebagian warganya terpaksa makan umbi-umbian, seperti talas hutan untuk menggantikan nasi. Menurut dia, sekira 40 Kepala Keluarga (KK) di wilayahnya tergolong keluarga yang mengalami rawan daya beli. "Kondisi tersebut memang terjadi dan tidak mau saya tutup-tutupi. Toh saat ini sudah ada warga yang makan singkong untuk menahan rasa lapar mereka," kata Ukar. Pada kesempatan terpisah Camat Ciranjang, H. Mahmudin, membantah jika di wilayahnya telah terjadi rawan pangan yang mengakibatkan ratusan warga mengkonsumsi singkong dan talas. Namun, ia tidak menampik adanya warga yang mengalami rawan daya beli, "Tapi, jangan dibesar-besarkan. Itu hanya dua Kepala Keluarga saja," katanya menegaskan. Mahmudin menambahkan, kasus itu sudah dilaporkan ke Pemerintah Kabupaten Cianjur, dan pihaknya juga telah memberikan bantuan, agar warga yang tidak mampu membeli beras tersebut kembali bisa makan nasi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007