Pada tahun depan, harga minyak dunia diperkirakan naik (rebound) sebagai hasil dari kesepakatan beberapa negara produsen minyak untuk menahan produksinya
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said menilai harga minyak dunia akan mengalami kenaikan atau rebound pada tahun 2017 mendatang.

"Pada tahun depan, harga minyak dunia diperkirakan naik (rebound) sebagai hasil dari kesepakatan beberapa negara produsen minyak untuk menahan produksinya," kata Sudirman di Gedung Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat.

Beberapa negara produsen minyak yang sepakat menahan produksinya itu, lanjut Sudirman, adalah Arab Saudi, Rusia dan Venezuela yang ditambah dengan Iran juga bersedia ikut dalam upaya stabilisasi harga minyak tersebut.

Menurut dia, harga minyak dunia idealnya sedang-sedang saja, berada di level yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jika harga minyak terlalu rendah, industri minyak dan gas (migas) akan mati.

"Jadi tahun depan saya rasa rebound itu tidak akan terlalu tinggi, apabila harga minyak terlalu tinggi, negara produsen minyak, akan memproduksi minyaknya secara tinggi, sehingga harga minyak kembali tertekan," ujarnya.

Sudirman melanjutkan, harga minyak dunia diperkirakan mulai naik, karena persaingan antara negara produsen sudah hilang dan semua pihak menjadi korban dengan penurunan harga komoditas ini.

"Banyak prediksi pada tahun 2017, ketika negara produsen minyak sudah lelah bersaing, mungkin nanti akan menemukan keseimbangan," kata dia.

Sudirman Said memperkirakan harga minyak dunia akan berada di kisaran 30-40 dolar AS per barel apabila Iran ikut serta dalam persetujuan penahanan produksi ini.

"Syukur-syukur, ada persetujuan lebih lanjut rapat khusus OPEC (Organization of Petroleum Exporter Countries) yang membahas ini," kata dia menambahkan.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016