Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta melemah 43 poin menjadi Rp13.545 per dolar AS pada Jumat pagi.
"Dolar AS bergerak menguat menyusul data pekerja di Amerika Serikat yang sedikit membaik seiring dengan penurunan harga minyak serta data klaim pengangguran AS yang turun," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang sedang menanti data angka inflasi Amerika Serikat yang diproyeksikan kembali naik dari 0,7 persen secara tahunan ke level 1,30 persen. Kondisi itu menjadi salah satu pemicu penguatan dolar AS.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan dolar AS terhadap rupiah masih cenderung terbatas karena inflasi Tiongkok yang diumumkan naik cukup mengimbangi sentimen yang datang dari Amerika Serikat.
Ia menambahkan bahwa sentimen yang datang dari dalam negeri terkait pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) menunjukkan bahwa secara umum prospek pertumbuhan ekonomi domestik akan membaik ke depan.
"Tetapi, dibutuhkan juga konsistensi belanja pemerintah yang membaik," katanya.
Sementara ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih stabil dan Bank Indonesia masih berpeluang kembali melonggarkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,75 persen pertengahan tahun ini.
Ia memaparkan peluang pemangkasan BI rate di antaranya muncul karena adanya potensi penurunan harga bahan bakar minyak, perkembangan global dari suku bunga negatif Jepang dan prospek kenaikan suku bunga acuan Bank sentral Amerika Serikat yang lebih rendah daripada sebelumnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016