Banda Aceh (ANTARA News) - Peserta kongres Komisi Persiapan Partai Rakyat Aceh (KP-PRA) yang dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan makanan, kini sudah mencapai 108 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Ratusan peserta kongres yang digelar di asrama haji Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) itu kini dirawat di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), kata ketua KP-PRA, Tamrin Ananda di Banda Aceh, Kamis. "Yang terpenting bagi kita saat ini bagaimana menangulanginya dengan cepat, dan mengenai penyebabnya kita serahkan pada pihak rumah sakit," kata Tamrin. Menurutnya, KP-PRA juga sudah melaporkan kejadian dugaan keracunan itu kepada polisi baik secara lisan maupun tertulis. Sebagian besar korban mengeluh merasakan gejala pusing disertai mual setelah mengkonsumsi nasi bungkus dengan gulai santan (kuah lemah, dalam bahasa Aceh). "Semalam saya merasa sedikit pening dan mual setelah konsumsi nasi tersebut, tetapi saya masih cukup kuat untuk membantu teman-teman lain yang jatuh sakit untuk dievakuasi kerumah sakit," tambahnya. Azizah, peserta kongres dari Kabupaten Bireun, mengaku merasakan hal aneh saat makan nasi itu, namun karena suasana remang-remang membuat ia kesulitan melihat kuah tesebut. Peserta dari Aceh Utara, Taufik, juga merasakan hal yang sama. "Saya dan seorang teman lainnya segera membuang gulai itu karena rasanya yang aneh," tambahnya. Dilaporkan ada sekitar 400 peserta dari 16 kabupaten/kota yang mengikuti kongres KP-PRA yang digelar sejak Selasa (27/2) lalu. "Walau sempat terhenti karena kasus dugaan keracunan makanan, namun konkres yang dijadwalkan berakhir Jumat (2/3) itu tetap dilanjutkan, untuk melahirkan kesepakatan tentang AD/ADRT dan pemilahan pengurus partai," kata Thamrin. Hingga berita ini diturunkan pihak rumah sakit setempat belum mengungkapkan secara pasti penyebab kasus dugaan keracunan makanan tersebut. Murniati, Kepala ruang gawat darurat RSUZA, menjelaskan, sejak pukul 21.00 hingga pukul 11.00 WIB, jumlah pasien dugaan keracunan tersebut mencapai 75 orang. Namun sebagian diantara pasien yang diduga keracunan makanan itu terus bertambah. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007