Dengan mengenakan seragam KORPRI, ratusan pegawai BUMD Kota Bogor ini berorasi, menolak sikap kesewenang-wenangan Direktur Utama PDAM Tirta Pakuan, Untung Kurniadi kepada para pegawainya.
"Aksi demo ini adalah puncak dari kekecewaan kami, setelah premi (dana pembagian hasil pendapatan perusahaan) untuk pegawai dipotong, sesuai kebijakan Dirut," kata salah seorang pengunjuk rasa.
Ia mengatakan, karyawan merasa tidak nyaman dengan sikap arogansi dan kesewenang-wenangan Dirut yang kerap mengeluarkan kata-kata kasar dan ancaman pemecatan.
"Kami tidak bisa menerima sikap kesewenangan Dirut, dan sedikit-sedikit kasih SP (surat peringatan) kepada pegawai, kami merasa tertekan," kata pegawagai lainnya.
Sedikitnya ada tujuh bukti dan fakta kesewenangan Dirut PDAM Tirta Pakuan yang dikeluhkan oleh para pegawai.
Aksi unjuk rasa dilakukan oleh pegawai PDAM Tirta Pakuan dari berbagai bidang, baik itu bagian operasional, pelayanan, teknis, maupun pembaca meteran. Sebagian mereka adalah pegawai tetap.
Usai berunjuk rasa di Balai Kota, ratusan pegawai melanjutkan aksi menuju gedung DPRD. Dilakukan mediasi antara perwakilan pegawai yang berunjuk rasa dengan perwakilan dari manajemen PDAM Tirta Pakuan di hadapan Komisi B.
Mediasi antara pegawai dan perwakilan direksi PDAM berlangsung tertutup selama satu jam lebih. Usai melakukan mediasi, massa kembali bergerak ke Balai Kota untuk melanjutkan aksi unjuk rasa.
"Kami akan terus beraksi menuntut dirut mundur dari jabatan. Kami akan tunggu wali kota pulang dari Jepang," kata Njak salah satu koordinator aksi.
Hingga pukul 15.00pegawai ini masih melakukan aksi unjuk rasanya di Balai Kota Bogor. Mereka mendengar kabar Wali Kota akan pulang sore ini.
Menurut rencana, massa akan tetap melakukan aksi lanjutan besok, dengan tuntutan yang sama mendesak dirut turun dari jabatan.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016