Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia turun di perdagangan Asia Kamis menyusul anjloknya indeks bursa China, kata kalangan pedagang.
Pada 11:15 am (0315 GMT), kontrak utama berjangka minyak mentah jenis ringan untuk pengiriman April di New York turun 24 sen menjadi 61,55 dolar AS per barel dari 61,79 dolar per barel pada perdagangan Rabu.
Minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman April juga turun 27 sen menjadi 61,62 dolar pe barel, lapor AFP.
Pasar minyak Rabu menilai penurunan tajam bursa dunia meningkatkan kekhawatiran mengenai lambannya pertumbuhan ekonomi yang berpotensi menurunkan permintaan energi.
Bursa saham CHina berguguran hampir 4 persen Rabu, sehari setelah tumbang hampir 9 persen karena spekulasi bahwa Beijing kemungkinan mengambil langkah menurunkan kecepatan pertumbuhan ekonomi China -- yang dapat melemahkan permintaan minyak mentah.
Namun Indeks harga saham Shanghai kembali turun Kamis, dibuka hampir 3 persen lebih rendah, seiring dengan turunnya harga minyak mentah dunia.
"Ada beberapa goyangan mengenai masalah ini yang terus berlanjut," kata ahli komoditas Commonwealth Bank of Australia, Tobin Gorey.
Dengan pertumbuhan ekonomi lebih dari 10 persen tahun lalu, China mengimpor 138,8 juta ton minyak mentah, naik 16,9 persen dari 2005.
Permintaan yang secara signifikan melemah dapat membawa harga turun tajam, mengkhawatirkan pasar. "Itu imajinasi pasar atas masalah ini," kata Gorey dari Sydney.
Harga minyak mentah naik selama perdagangan di AS setelah Departemen Energi negara itu (DoE) melansir laporan mingguan yang menyatakan cadangan minyak mentah melonjak sepekan lalu namun persediaan produk minyak olahan, termasuk minyak pemanas, merosot.
DoE melaporkan cadangan minyak mentah naik 1,4 jutabarel selamasepeken sampai 23 Februari menjadi 329 juta barel. Kalangan analis memperkirakan penambahan yang lebih besar sampai 1,9 juta barel.
Laporan itu juga menyajikan bahwa persediaan minyak hasil olahan temasuk minyak pemanas dan diesel turun 3,8 juta barel menjadi 124,5 juta barel karena suhu dingin dan salju yang terus turun yang mempengaruhi banyak negara bagian, terutama di belahan utara.
Kalangan analis pasar memperkirakan penurunan persediaan minyak olahan yang lebih kecil, yakni 2,7 juta barel.
Persediaan bensin turun 1,9 juta barel pekan lalu menjadi 220,3 juta barel, dibanding perkiraan analis yang turun 1,5 jutabarel.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007