Singapura (ANTARA News) - Harga minyak merosot di perdagangan Asia Rabu sebagai reaksi terhadap anjloknya pasar saham China Selasa dan penurunan bursa di seluruh dunia, kata para pedagang. Pada pukul 12:00 malam (0400 GMT) kontrak perdagangan minyak utama, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April, turun 1,17 dolar menjadi 60,29 dolar per barel dari 61,46 dolar pada akhir perdagangan AS. Sebelum kejatuhannya, kontrak tersebut mencapai tingkat 62,65 dolar di perdagangan AS. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun 96 sen pada 60,40 dolar per barel. Para pedagang mengatakan jual murah di pasar saham China dan penurunan di pasar global mendorong harga minyak mentah turun. "Pasar minyak mentah bereaksi terhadap kejatuhan saham tersebut. Itu mungkin memberi sinyal tentang akhir dari pertumbuhan China dan permintaan minyak China telah sangat mendukung terhadap pasar sejak 2004," kata manajer resiko energi Mitsubishi Corp Tony Nunan di Tokyo seperti dikutip AFP. Ekonomi yang booming telah membuat China semakin tergantung pada impor minyak. Ketika kemerosotan mulai selama jam perdagangan AS, Phil Flynn, seorang analis pada Alaron Trading, mengatakan jual murah saham China "kini menenggelamkan minyak karena ada kekawatiran bahwa pelambatan di China akan berarti pelambatan permintaan energi." Harga saham China dibuka 1,35 persen lebih rendah Rabu -- sebelum mengarah kembali ke wilayah positif -- sesudah jatuh 8,84 persen Selasa dalam kejatuhan satu-hari terbesar selama 10 tahun. Di Amerika Serikat, Dow Jones Industrial Average mengikuti arah China Selasa dengan anjlok 3,29 persen. "Jika pasar saham menstabil, pasar minyak mentah akan stabil juga," kata Nunan. Ia memperingatkan bahwa para partisipan pasar juga bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil kilang minyak dan cadangan bensin, menjelang musim berkendara musim panas Amerika Utara mulai Mei. "Musim bensin tersebut masih jauh namun pasar nampaknya terlalu kawatir dengan masalah kilang AS. Karena tiap ada masalah kecil, pasar terbang," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007