"Jika ada strategi (melawan ISIS), maka Turki dan Arab Saudi bisa masuk melalui operasi darat," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu seperti dilaporkan koran Yeni Safak dan Haberturk setelah ambil bagian dalam Konferensi Keamanan Muenchen.
"Beberapa orang mengatakan Turki enggan ambil bagian dalam perang melawan Daesh (ISIS). Tetapi Turkilah yang membuat proposal yang paling nyata," kata dia lagi.
Cavusoglu menambahkan bahwa Saudi yang kian mesra dengan Turki, tengah mengirimkan pesawat tempur-pesawat tempurnya ke Pangkalan Incirlik di Turki untuk memerangi ISIS.
"Mereka (para pejabat Saudi) telah datang, melakukan pengamatan di pangkalan itu. Untuk saat ini belum jelas berapa banyak pesawat yang akan tiba," kata Cavusoglu.
Incirlik juga menjadi pangkalan untuk pesawat tempur-pesawat tempur Inggris, Prancis dan Amerika Serikat dalam operasi ke Suriah.
"Mereka (Arab Saudi) berkata 'Jika perlu kami juga bisa mengirimkan tentara'. Arab Saudi menunjukkan tekad yang kuat dalam memerangi teror di Suriah," kata Cavusoglu.
Saudi dan Turki sama-sama menganggap hengkangnya Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai kunci mengakhiri perang saudara lima tahun di Suriah. Kedua negara menentang keras dukungan Iran dan Rusia kepada rezim Suriah.
Ketika ditanyai apakah Saudi bisa mengirimkan tentara ke perbatasan Turki untuk memasuki Suriah, Cavusoglu menjawab, "Ini adalah hal yang dihasratkan namun tidak direncanakan. Arab Saudi tengah mengirimkan pesawat tempur dan mereka berkata 'Jika perlu ada masanya untuk operasi darat sehingga kami bisa mengirimkan tentara'."
Pernyataan Cavusoglu disampaikan setelah Assad bersumpah akan merebut kembali seluruh wilayah Suriah dan tetap "memerangi terorisme".
Hubungan Turki dan Saudi sempat terganggu setelah Saudi berperan besar dalam penggulingan Presiden Mesir Mohammed Morsi pada 2013 yang adalah sekutu dekat Ankara, demikian AFP.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016