... kesibukan mereka sehari-hari mengakibatkan jarang punya waktu untuk bersosialisasi."

Jakarta (ANTARA News) - Perbincangan mengenai cinta menjadi pemandangan sehari-hari di media sosial, dalam bentuk cuitan atau mereka yang kreatif menjadikannya mim (meme).

Seperti meme "Aku maunya akad, bukan cokelat" yang beredar menjelang Hari Kasih Sayang (Valentine Day).

Akrabnya muda-mudi menggunakan Internet ditambah kesibukan kaum urban di kota besar sehingga hanya memiliki sedikit kesempatan untuk bertemu orang-orang baru membuat beberapa orang tertarik untuk membuat situs mencari jodoh.

"Seru dan unik jika ngantor bahasnya cinta dan jodoh-jodohan," kata Razi Thalib, salah seorang pendiri Setipe.com, melalui pesan tertulis kepada ANTARA News.

Tuntutan hidup di kota besar atau mengejar karier membuat seseorang memiliki sedikit waktu untuk nongkrong dengan teman-teman baru.

"Apalagi, di kota besar untuk hang out, waktu habis di jalan," kata Laras Sekar Melati, Head of Matchmaking Setipe.

Padahal, lanjut Laras, yang lulusan psikologi ini, kasih sayang menjadi kebutuhan dasar manusia setelah kebutuhan fisik.

Kesibukan kaum urban dan perkembangan teknolgi juga membuat Violet Liem memperlebar usahanya dengan membuat situs mencari pasangan eSynchrony.

Pimpinan perusahaan asal Singapura itu sebelumnya membuat situs serupa bernama Lunch Actually.

"Sekarang banyak yang menggunakan smartphone untuk bertemu orang," kata Liem.

Menargetkan para orang sibuk sehingga kurang dapat menjaga keseimbangan hidup, mereka mengajak pengguna untuk bertemu orang baru, dengan harapan dapat menjadi pasangan mereka kelak.

Pergeseran mencari pasangan melalui situs online dirasa Razi sebagai sesuatu yang alami karena kini banyak kegiatan sosial yang berpaling ke ranah dalam jaringan.

"Teknologi online telah mendorong banyak sekali perubahan sosial, dan menariknya dengan waktu semakin cepat perubahan-perubahan ini terjadi," kata Razi.

Kedua situs tersebut mewajibkan pendaftar untuk menjawab serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan psikologi dalam jumlah yang banyak.

Setipe mematok 90 pertanyaan yang antara lain termasuk kriteria pasangan, misalnya agama, etnis, konsumsi rokok atau alkohol, hingga penghasilan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berfungsi sebagai penyaring, sehingga orang yang bergabung adalah mereka yang memang ingin mencari pasangan.

"Pertanyaan itu untuk menggali nilai diri mereka. Apa yang mereka cari," kata Liem.

Jawaban pengguna atas pertanyaan itu nantinya akan dihimpun untuk mencari pengguna lain yang memiliki tingkat kecocokan dengan mereka.

Bila Setipe sepenuhnya mengandalkan mesin algoritma untuk melihat kecocokan dari jawaban, maka eSynchrony melibatkan mak comblang, yang mereka sebut dating consultant, untuk menemukan pengguna yang saling cocok.

Begitu mendapat rekomendasi, kedua pengguna yang dirasa cocok ini baru dapat menggunakan fitur berbincang (chatting)

Di Setipe, begitu para pengguna sudah bisa chatting, mereka menyerahkan sepenuhnya kelanjutan obrolan hingga dapat bertemu pada masing-masing pengguna.

Bila dirasa tidak cocok, mereka dapat menghapus sehingga tidak dapat mengontak dan komputer akan mencarikan teman baru.

Liem masih melibatkan mak comblang untuk orang yang sudah mengobrol di dunia maya.

Pengguna yang merasa cocok dengan teman barunya dapat memberi tahu kepada konsultan untuk bertemu dan mak comblang itu lah yang akan mengatur jadwal pertemuan, termasuk tempat mereka akan kopi darat.

Razi menilai kencan/temu di Internet (onlinde dating) seperti yang dikerjakannnya sangat berpeluang untuk berkembang pesat, karena banyak orang yang menghabiskan waktu mereka untuk berada dalam jaringan.

"Penting dicatat bahwa online dating itu bukan berkencan secara online, melainkan lebih pada bertemu secara online. Bertemu offline dan menjalin hubungan riil tetap menjadi tujuan utama online dating," katanya.

Didirikan sejak 2013, Setipe kini memiliki 480.000 pengguna di Indonesia dan telah terjadi 6,5 juta perkenalan di sana.

"Di 2015 kami tumbuh 450 persen dari tahun sebelumnya dari 100.000 hingga 450.000," kata Razi.

Sementara itu, Liem mengatakan, kualitas dari para pengguna lebih diutamakan dari pada berapa banyak orang yang tergabung saat ini.

eSynchrony mencatat pengguna laki-laki dan perempuan cukup seimbang, sementara Setipe memiliki jumlah pengguna laki-laki yang lebih banyak, yakni 53 persen.

Razi berpendapat, anggapan bahwa mencari pasangan melalui situs dalam jaringan (daring) adalah tanda-tanda putus asa dikeluarkan oleh mereka yang lebih sering menentang perubahan.

"Saya melihat banyak anggota kami yang bergabung karena kesibukan mereka sehari-hari mengakibatkan jarang punya waktu untuk bersosialisasi," katanya.

Sementara itu, Laras menjelaskan, memanfaatkan situs daring untuk mencari pasangan adalah salah satu cara untuk membuka kemungkinan yang lebih besar.

"Ini jalan untuk mempermudah bertemu orang baru," katanya menambahkan.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016