Kami meyakini, apabila memakai nontunai, pembayaran bisa dilakukan secara lebih aman, lebih praktis, dan lebih efisien
Kupang (ANTARA News) - Nilai transaksi uang elektronik hingga akhir 2015 mencapai Rp5,2 triliun, meningkat dibandingkan posisi pada September lalu Rp4,3 triliun.
"Pada 2009, transaksi uang elektronik sekitar Rp520 miliar. Sekarang transaksi sudah mencapai Rp5,2 triliun," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat membuka acara sosialisasi Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu.
Dalam sambutannya, Agus menjelaskan transaksi nontunai baik menggunakan kartu debit, kartu kredit, atau uang elektronik, sangat bermanfaat karena akan membuat sistem keuangan menjadi lebih efisien.
Dengan transaksi nontunai, negara dapat mengurangi penggunaan uang kartal sehingga lebih efisien dan menghemat anggaran untuk percetakan dan penyimpanan uang.
"Kami meyakini, apabila memakai nontunai, pembayaran bisa dilakukan secara lebih aman, lebih praktis, dan lebih efisien," ujar Agus.
Saat ini, bertransaksi dengan nontunai sudah dapat digunakan secara luas di berbagai tempat, mulai dari membeli pulsa, belanja di mal, hingga pembayaran listrik dan air.
Ia juga menambahkan, dengan maraknya e-commerce atau perdagangan elektronik, tranksaksi nontunai pun diperkirakan akan meningkat.
"Pembayaran nontunai juga bisa untuk transaksi online, jadi bisa lebih hemat waktu dan efisien," kata Agus.
Tidak hanya untuk transaksi ritel, lanjut Agus, transaksi nontunai ke depan juga diharapkan dapat diaplikasikan dalam berbagai aktivitas penggunaan uang negara baik APBN maupun APBD.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016