Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Rabu sore terpuruk menjadi 9.150/9.160 dibanding penutupan hari sebelumnya 9.070/9.092 atau melemah 80 poin, karena pelaku lokal masih memburu dolar. Pengamat Pasar Uang, Farial Anwar di Jakarta, mengatakan kemerosotan rupiah pada sesi sore agak berkurang sehingga mata uang lokal itu menjauhi level 9.200 per dolar AS. Berkurangnya tekanan pasar global, karena Bank Indonesia (BI) telah memasuki pasar mengantisipasi tekanan tersebut, katanya. Rupiah, lanjutnya, pada sesi sore diperkirakan akan bisa menembus level 9.200 per dolar AS melihat kuatnya tekanan tersebut, namun BI dengan cepat mengambil kebijakan untuk segera masuk ke pasar, sehingga tekanan itu agak berkurang. Peran BI memang sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas rupiah sehingga kemerosotan itu tidak berlanjut, katanya. Farial Anwar mengatakan, besarnya pergerakan rupiah itu juga terlihat dari harga tertinggi dan terendah yang berada dalam kisaran yang melembar, tertinggi mencapai 9.195 per dolar AS dan terendah pada 9.100 per dolar AS. Merosotnya rupiah terutama terimbas oleh melemahnya mata uang utama regional akibat kekhawatiran para pelaku mengenai pertumbuhan ekonomi dunia terutama di Amerika Serikat dan Jepang dan situasi di Timur Tengah khususnya Iran yang kian memanas. Mengenai dolar AS, ia mengatakan, menguat terhadap yen hingga berada di level 118,40 lebih setelah sebelumnya terpuruk terhadap yen hingga di level 117 yen yang sebelumnya sempat merosot menjadi 122 yen lebih. Menguatnya dolar AS itu, setelah keluar data indikator ekonomi Jepang seperti produk industri Jepang selama Januari turun 1,5 persen dibanding bulan sebelumnya dan juga industri manufaktur Jepang turun 0,8 persen dari perkiraan sebelumnya 0,2 persen. Koreksi harga terhadap rupiah dinilai wajar, karena hampir semua mata uang utama Asia merosot terhadap dolar AS, katanya. Merosotnya rupiah juga diikuti dengan melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ yang turun lebih dari 34 poin, karena sejumlah saham-saham unggulan mengalami koreksi harga menyusul merosot harga saham dunia. "Kami memperkirakan penurunan harga saham dunia masih berlanjut, sehingga IHSG BEJ sampai akhir pekan ini akan masih terkoreksi, kecuali ada isu positip yang mendukung pertumbuhan harga saham itu," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007