Batam (ANTARA News) - Sekitar 3.000 pelajar di Kota Batam Kepulauan Riau diduga sebagai lelaki penyuka lelaki (LSL), berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Riau.
Anak-anak berusia di bawah 18 tahun itu terkumpul dalam beberapa komunitas LSL, kata anggota DPRD Kepri, Suryani kepada Antara di Batam, Jumat.
"Itu laporan yang saya terima dari Badan Pemberdayaan Perempuan. Data 2015," kata Suryani.
Kebanyakan anak LSL itu berkumpul rutin di sekitar Bengkong, Kecamatan Batuampar.
Suryani menduga, selain pelajar, perilaku LSL, Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual di Batam juga banyak di kalangan pekerja industri, terutama yang tinggal di asrama-asrama pekerja.
"Dulu saya pernah menangani kasus lesbian di Kawasan Muka Kuning (kawasan pekerja-red). Itu dulu, sekarang mungkin sudah lebih banyak lagi. Tapi saya belum mendapatkan datanya," kata perempuan yang juga Ketua Bidang Perempuan Partai Keadilan Sejahtera Kepri itu.
Selain di Batam, anak dengan perilaku LSL juga banyak terdapat di Tanjungpinang dan Bintan.
Berdasarkan hasil survei AUSAID yang diterimanya, sebanyak 700 anak usia 16-20 tahun di Tanjungpinang dan Bintan berperilaku LSL.
"Itu 22 persen dari anak usia 16-20 tahun," kata Suryani.
Menurut dia, komunitas LSL di Tanjungpinang lebih terbuka dibanding di Batam. Komunitas itu memiliki media sosial sendiri yang disiarkan di publik. Di media sosial itu, anggota komunitas mengekspresikan diri terbuka.
Ia meminta pemerintah, lingkungan dan keluarga memberikan perhatian lebih kepada anak-anak, agar terhindar dari perilaku LSL dan LGBT.
"Ini harus menjadi perhatian khusus oleh Pemda. Karena LGBT ini menular. Ada lembaga yang mendukung agar perilaku ini eksis, ini perlu diwaspadai," kata dia.
"Perilaku LSL, LGBT sangat bertentangan dengan Budaya Melayu dan agama apa pun," tegasnya.
DPRD juga mendorong pemerintah menyusun Peraturan Daerah Pertahanan Keluarga untuk mengurai peran keluarga, sekolah dan pemerintah dalam mendidik anak. Karena, menurut Suryani, perilaku anak sangat ditentukan oleh ketahanan keluarga.
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016