Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp13.483 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.463 per dolar AS.
"Harga minyak mentah dunia yang masih berada dalam tren pelemahan menjadi salah satu penahan bagi mata uang rupiah untuk bergerak di area positif," kata NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa pelemahan mata uang rupiah juga seiring dengan aksi sebagian pelaku pasar uang yang mengambil posisi ambil untung setelah mata uang domestik itu mengalami penguatan cukup signifikan dalam beberapa hari sebelumnya.
"Pelaku pasar uang dengan orientasi jangka pendek cenderung melakukan aksi ambil untung sehingga laju rupiah tertahan," katanya.
Kendati demikian, menurut Reza Priyambada, pelemahan rupiah masih cenderung terbatas mengingat rencana kenaikan bank sentral AS (The Fed) untuk menaikan suku bunga acuannya diperkirakan tidak akan agresif seiring dengan masih melambatnya laju perekonomian global.
Spekulasi itu, lanjut dia, mendorong aliran dana asing masuk ke Indonesia melalui pasar surat utang (obligasi) dan ekuitas sehingga mampu menjaga rupiah untuk tidak tertekan lebih dalam terhadap dolar AS.
"Aliran dana asing itu didorong oleh stabilnya ekonomi Indonesia, apalagi juga didukung oleh peringkat investment grade oleh beberapa lembaga pemeringkat dunia," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa paket kebijakan ekonomi X yang bertujuan untuk memperlonggar investasi sekaligus meningkatkan perlindungan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi dapat menambah prospek positif bagi perekonomian domestik.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi untuk kembali berada di area positf," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016