Madiun (ANTARA News) - Tiga desa di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat, terendam banjir akibat luapan anak Sungai Bengawan, Madiun, dan buruknya saluran air setelah hujan deras mengguyur semalaman di kawasan itu.

Tiga desa yang terlanda banjir adalah Desa Klitik dan Desa Buduran di Kecamatan Wonoasri serta Desa Tempursari di Kecamatan Wungu.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Edy Hariyanto mengatakan selain menggenang di jalan, air juga masuk ke sejumlah rumah warga. Diperkirakan jumlah rumah warga yang tergenang mencapai puluhan rumah.

"Sampai pagi ini kami masih melakukan pendataan serta menunggu laporan tim reaksi cepat (TRC) yang berada di lapangan," ujar Edy kepada wartawan.

Pihaknya terus melakukan pemantauan di sejumlah lokasi yang rawan tergenang air dan banjir. Terkait keluhan warga tentang buruknya saluran air, pihaknya akan berkoordinasi dengan SKPD terkait.

Sementara, Prawito, warga Dusun Mojorejo, Desa Klitik, yang lingkungan rumahnya terendam air mengatakan, air mulai masuk ke dalam rumah pada Jumat dini hari. Ketiggian air berkisar antara 50 hingga 70 centimeter.

"Saat ini sudah mulai surut, tapi di jalanan masih menggenang. Setiap hujan deras semalaman, daerah sini selalu banjir. Terlebih lagi sejak ada bangunan ruko, sehingga saluran air tidak berfungsi baik," kata Prawito.

Ia berharap pemerintah daerah lebih selektif lagi dalam memberikan izin pembangunan ruko dan perumahan saat ini. Sebab, hal tersebut berdampak pada resapan air di sekitar lingkungan yang dapat menyebabkan banjir.

Pihak BPBD juga mengimbau warga yang bermukim di daerah rawan banjir untuk waspada jika hujan deras turun selama berjam-jam atau semalaman penuh. Jika air terus meluap, warga bisa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Data BPBD mencatat, sejumlah wilayah Kabupaten Madiun yang rawan banjir di antaranya, Kecamatan Balerejo dan Wungu. Sebab, wilayah tersebut berada di aliran Bengawan Madiun. Anak Sungai Bengawan Madiun yang melintasi dua kecamatan tersebut selalu meluap jika ketinggian air Bengawan Madiun meningkat.

Sedangkan banjir di daerah selain itu, diduga disebabkan karena sistem saluran air yang buruk akibat penumpukan sampah ataupun minimnya resapan.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo/Louis Rika
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016