Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pakar menilai pemerintah perlu menata ulang rencana tata ruang penggunaan lahan agar fungsi gambut sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya dapat berjalan secara berkesinambungan.
Pakar tanah dan gambut IPB Basuki Sumawinata mengatakan, usaha budidaya pertanian di lahan gambut sudah memberikan kontribusi ekonomi sangat besar bagi perekonomian negara dan masyarakat .Karena itu, tidak mungkin kegiatan budidaya di lahan gambut dihentikan.
"Justru pemanfaatannya harus dilanjutkan dan diperbaiki dengan menerapkan berbagai teknologi yang ada," kata Basuki, di Jakarta, Kamis melalui keterangan tertulis.
Indonesia memiliki luasan gambut sekitar 15 juta ha, lanjutnya, sedangkan masyarakat sudah turun temurun memanfaatkan gambut untuk usaha pertanian tradisional seperti di Kalimantan dan Sumatera. Bahkan, usaha pertanian di lahan gambut mulai berkembang di sektor usaha perkebunan dan hutan tanaman industri (HTI).
"Memang, tidak semua kegiatan di lahan gambut berjalan baik. Namun kita bisa belajar dari keberhasilan di beberapa daerah untuk memperbaiki daerah yang gagal memanfaatkan gambut," katanya.
Pernyataan senada dikemukakan Peneliti Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Azwar Maas, bahwa, pengelolaan gambut bisa dilakukan dengan teknologi tata kelola air. Hanya saja sistem itu harus menjamin air di bawah gambut berputar agar tidak langsung jatuh.
Sistem itu, tambahnya harus menjamin sistem buka tutup untuk menjaga ketinggian air ketika musim hujan. Begitu juga pada musim kering gambut tetap berair.
"Kalau itu bisa diterapkan, gambut bisa dimanfaatkan. Hanya saja pengelolaan tidak boleh partial. Karena itu perlu pemberlakuan zonasi," kata Azwar.
Azwar mencontohkan, di Bengkalis, Riau terdapat korporasi yang mampu mengelola gambut dengan sistem ini. Teknologi tersebut cukup baik karena ketinggian air di gambut tetap terjaga, bahkan air yang berasal dari gambut tersebut dapat dipakai sebagai air keemasan.
Pemanfaatan Gambut Dunia
Sementara itu Basuki mengungkapkan, luas gambut dunia sekitar 300 juta ha, atau sekitar dua persen luas daratan di dunia. Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia Skandinavia (Norwegia, Swedia, Finlandia), Irlandia, Polandia, Jerman utara, Belanda dan Amerika Serikat khususnya di Kanada.
Menurut dia, sekitar 60 persen lahan basah di dunia adalah gambut dan sekitar tujuh persen dari lahan-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk bahan bakar, pertanian dan kehutanan.
Gambut adalah bahan akar penting di negara negara Eropa seperti Irlandia dan Skotlandia. Gambut digunakan sebagai bahan untuk memasak dan pemanas rumah tangga.
Secara modern, gambut dipanen dalam skala industri dan dipakai untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembangkit listrik tenaga gambut terbesar ada di Finlandia yakni Toppila Power Station sebesar 190 MW.
Basuki menjelaskan, gambut digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Di Jepang gambut direklamasi menjadi lahan sawah, di Eropa digunakan sebagai lahan pertanian hortikultura, di Indonesia digunakan untuk perkebunan HTI dan kelapa sawit.
Pewarta: Subaqyo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016