Jakarta (ANTARA News) - Bank Tabungan Negara (BTN) saat ini tengah mempersiapkan diri terkait dengan rencana penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) yang akan dilaksanakan pada kuartal II atau III tahun 2007 menyusul dukungan dari DPR-RI. "Kita sebenarnya sudah siap untuk IPO, namun masih menunggu persetujuan dari pemegang saham. Padahal di sisi lain DPR-RI telah memberikan dukungan terhadap rencana tersebut," kata Direktur Utama BTN, Kodradi, di Jakarta, Rabu. Sebelumnya dalam risalah Rapat Dengar Pendapat Umum antara Komisi V DPR-RI dengan pemangku kepentingan (stake holder) bidang perumahan, salah satu butirnya menyebutkan dukungan Komisi V DPR-RI agar BTN dapat IPO pada 2007. Kesimpulan dalam rapat yang diketuai Yosef Umar Hadi tersebut menyebutkan perlunya BTN untuk IPO pada 2007 dalam rangka meningkatkan kapasitas pembiayaannya dalam rangka melaksanakan percepatan pembangunan rumah yang selama ini menjadi program pemerintah. Kodradi mengatakan, sebenarnya untuk melaksanakan IPO tersebut tidak ada kendala bagi pemerintah karena yang dilepas sahamnya hanya 30 persen dan tidak kemana-mana karena dimiliki publik. "Memang bisa dimaklumi karena kepemilikannya terdilusi, namun ini juga dalam rangka melaksanakan program pemerintah juga untuk mempercepat pembangunan rumah," ujarnya. Kodradi mengatakan dengan IPO sebanyak 30 persen diharapkan BTN akan mendapatkan tambahan modal minimal Rp2 triliun yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas kredit yang ada saat ini sampai dengan Rp40 triliun sampai dengan 2009. Namun, apabila rencana IPO yang seharusnya dapat dilaksanakan pada kuartal II atau III tahun 2007 ini belum disetujui pemegang saham maka BTN akan mencari cara lain untuk memperkuat permodalan, kata Kodradi. Menurut dia, untuk memenuhi target kapasitas kredit Rp40 triliun sampai Rp50 triliun tanpa mengganggu rasio kecukupan modal (CAR) maka Bank BTN harus memperkuat struktur modal yang belum diaudit pada 2006 sebesar Rp1,7 triliun. Tambahan sebesar Rp2 triliun itu agar rasio CAR jangan sampai turun dari posisi saat ini 17,82 persen, yang sudah lebih tinggi dibanding 2005 sebesar 16,6 persen, ungkap Kodradi. Posisi kredit BTN pada 2006 sebesar Rp18,1 triliun, sementara kredit baru 2007 ditargetkan Rp7,8 triliun, 2008 Rp10,7 triliun, dan 2009 Rp14,5 triliun. Dari alokasi 2007, Rp1 triliun dipersiapkan bagi program Rusuna 20 lantai. Dengan alokasi Rp1 triliun itu akan mampu membiayai 20 tower Rusuna dengan asumsi biaya pembangunan Rusuna 20 lantai sebesar Rp50 miliar, ditambah untuk memenuhi target pembangunan 110.000 Rumah Sederhana Sehat.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007