Kupang (ANTARA News) - TNI tetap akan membuka pintu perbatasan bagi warga negara Indonesia (WNI) yang merasa tidak nyaman bertahan di Timor Timur menyusul memanasnya situasi keamanan dan politik di wilayah bekas koloni Portugis itu. "Kebijakan menutup pintu perbatasan itu semata-mata untuk mencegah masuknya para eksodus dari Timtim ke wilayah Indonesia, kecuali WNI," kata Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kol Inf Arief Rachman kepada ANTARA News di Kupang, Rabu. Ketika ditanya tentang adanya ratusan WNI yang masih tertahan di pintu perbatasan Batugade Danrem Arief Rachman mengatakan, ia belum menerima laporan resmi mengenai jumlah WNI yang tertahan di pintu perbatasan Timor Timur di Batugade itu. "Warga negara kita dilaporkan masih tertahan di pintu perbatasan Batu Gade itu karena tidak adanya petugas imigrasi dari Timtim yang masuk kerja pada saat itu," katanya. Ia menambahkan, Kedubes RI di Dili, Timtim juga sudah melakukan pembicaraan dengan pemerintahan negara itu mengenai nasib WNI yang mencari kerja dan nafkah di wilayah bekas provinsi ke-27 Indonesia itu. "Jika keamanan di negara itu semakin memburuk, pemerintah di negara baru itu tetap membuka pintu perbatasannya bagi warga negara kita yang hendak pulang ke kampung halamannya," ujarnya. Danrem menambahkan, sampai sejauh ini belum ada pelintas batas legal dari dan ke Timtim setelah pemerintah Indonesia menutup semua pintu perbatasannya sejak Minggu 25/2) malam atas permintaan Perdana Menteri Timtim, Jose Ramos Horta. Horta meminta bantuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menutup semua pintu perbatasan tersebut menyusul tindakan pimpinan milisi bersenjata Timtim, Mayor Alfredo Reinado, menyerang sebuah pos polisi di Distrik Maliana dan merampas 25 senjata otomatis. Presiden Timor Timor Xanana Gusmao memerintahkan pasukan keamanan di negara itu untuk menangkap Mayor Alfredo Reinado atas tuduhan memimpin satu penyerbuan ke sebuah pos polisi dan mencuri lebih dua lusin senjata. "Alfredo dan kelompoknya melakukan sesuatu yang sangat bodoh. Sebagai presiden dan panglima tertinggi angkatan bersenjata, saya memberikan wewenang kepada pasukan internasional untuk menangkap Alfredo," kata Presiden Xanana Gusmao kepada wartawan di Dili, Senin (26/2) petang sebagaimana dilaporkan Reuters. Australia memiliki 800 tentara untuk menjaga keamanan di Timor Timor setelah kerusuhan tahun lalu. Alfredo yang memimpin pemberontakan yang menimbulkan kekacauan di Timtim Mei tahun lalu, melarikan diri dari penjara Dili Agustus tahun lalu bersama 50 narapidana lainnya. Dalam suatu wawancara melalui telepon dengan Reuters, Alfredo membantah menyerang pos polisi tersebut dengan mengatakan bahwa polisi yang memberikan senjata-senjata itu kepadanya. "Saya meminta senjata-senjata itu dari polisi untuk melindungi keamanan penduduk karena ada partai-partai politik tertentu yang ingin menggunakan senjata-senjata itu untuk kepentingan mereka sendiri, untuk satu partai politik tertentu, menjelang pemilihan presiden," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007