Semua korban sudah dievakuasi dan dibawa ke RSSA."

Malang (ANTARA News) - Jenazah korban meninggal atas jatuhnya pesawat EMB-314 Super Tucano dari Skuadron Udara 21, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, di kawasan permukiman padat penduduk di Jalan LA Sucipto Kota Malang, Jawa Timur, Rabu, terpaksa dimandikan di rumah tetangganya karena rumah miliknya hancur tertimpa pesawat.

Korban meninggal sekaligus pemilik rumah yang tertimpa pesawat tersebut atas nama Irma Wahyuningtyas, istri dari Mujianto. Setelah dibawa ke ruang Instalasi Rawat Darurat RS Saiful Anwar, Malang, sekitar pukul 13.45 WIB, jenazah korban dipulangkan ke kediamannya.

Akibat rumah korban sudah tak bisa ditempati karena hancur tertimpa pesawat, maka jenazah dimandikan di rumah tetangganya, yakni di rumah Suwoko yang tak jauh dari rumah korban.

Dari pantauan di lokasi kejadian, puluhan warga tetangga Irma Wahyuningtyas mulai berdatangan untuk ikut serta memandikan jenazah korban.

Selain Irma Wahyuningtyas, ditemukan pula korban meninggal akibat jatuhnya pesawat buatan Brazil mencapai tiga orang. Dua korban diketahui berjenis kelamin laki-laki dan satu perempuan dewasa.

Menurut keterangan salah seorang relawan TRC Kota Malang, Agus Demit, korban perempuan diduga adalah istri pemilik rumah, Mujianto. Sedangkan, korban meninggal berjenis kelamin laki-laki adalah Nurcholis (32), warga Blitar yang bekerja sebagai teknisi di Persada.

"Semua korban sudah dievakuasi dan dibawa ke RSSA," katanya.

Sebelumnya, Kapentak Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, Mayor Hamdi Londong Allo, memastikan bahwa pilot pesawat EMB-314 Super Tucano tersebut, Mayor Pnb Ivy Safatillah, meninggal ketika dirawat di RSSA Malang.

Pilot pesawat sebelumnya ditemukan di sekitar persawahan di wilayah Karanglo, Kabupaten Malang, jauh dari lokasi jatuhnya pesawat.

Pesawat EMB-314 Super Tucano yang jatuh di kawasan permukiman warga tadi pagi terbang dalam rangka terbang uji setelah pemeliharaan rutin.

Uji terbang pada berbagai variasi ketinggian itu awalnya baik-baik saja. Masalah baru muncul setelah mencapai ketinggian di bawah 15.000 kaki.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016